[YGEFF] Non-Fiction (Chapter. 1)

Title : Non-fiction [Chapter 1]

Written : H.ZTao_94

Genre : Romance, Sad, Family, Drama

Rating : PG +15

Lenght : Chaptered

Main Cast : WINNER’s Mino as Song Min Ho || Blackpink’s Jisoo as Kim Ji Soo

Additional Cast : iKON’s Jinhwan as Kim Jin Hwan || Red Velvet’s Irene as Bae Joo Hyeon || GOT7’s Jackson as Jackson Wang || SR15B’s Hansol as Ji Han Sol

Disclaimer : Semua cast milik Tuhan, keluarganya dan agensi masing-masing. Cerita ini terinspirasi dari drama Taiwan ‘Romantic Princess’ dengan beberapa perubahan. Jika ada kesamaan cast, alur maupun cerita, hanya sebuah ketidaksengajaan.

DON’T COPAS OR RE-UPLOAD

DON’T PLAGIAT

DON’T BE SILENT READER

HAPPY READING

.

~o0o~

.

Pagi yang cerah untuk memulai hari. Matahari bersinar terang menghangatkan bumi. Semua orang memulai aktivitas masing-masing dengan antusias. Jalanan kota mulai padat oleh kendaraan. Semua tampak begitu sibuk memulai hari di awal pekan ini. Seorang gadis cantik bernama lengkap Kim Ji Soo sudah memulai harinya sejak masih pagi buta tadi. Ia memulai harinya dengan mengantar beberapa kotak susu dan surat kabar ke beberapa perumahan yang memang sudah menjadi pelanggannya. Dengan mengayuh sepedanya yang sudah lusuh, ia tampak sangat bersemangat dengan pekerjaannya itu. Pada akhirnya, ia menghentikan kayuhan sepedanya di bawah sebuah pohon yang rindang untuk sekedar mengistihatkan tubuhnya yang mulai lelah itu.

Huwah… Pagi ini benar-benar melelahkan seperti biasanya.” Ucap Ji Soo dengan menenggak kotak susu di tangannya.

Gadis cantik nan manis ini kemudian merogoh sakunya untuk melihat jam di ponselnya. Dan layar ponselnya menunjukkan pukul 08:00 pm.

“Mengapa waktu berjalan dengan begitu cepat? Aku baru saja beristirahat dan sekarang sudah harus berangkat ke tempat lain. Hidup ini benar-benar melelahkan! Kim Ji Soo, kau harus tetap semangat! Ingatlah, bahwa didunia ini tak ada uang yang mengejar manusia. Yang ada adalah manusia yang mengejar uang. Karena uang tak memiliki kaki dan manusia memiliki kaki untuk berlari mengejar uang tersebut!” Ucap Ji Soo menyemangati dirinya sendiri.

Ia kembali mengayuh sepedanya dengan penuh semangat menyusuri jalanan kota Seoul yang sangat ramai dan sibuk itu. Ia harus segera sampai di tempat tujuannya untuk pekerjaan selanjutnya.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih sepuluh menit, akhirnya Ji Soo sampai di sebuah panti asuhan. Disana sudah ada beberapa temannya yang menunggu kedatangannya.

Yak, bagaimana bisa kau terlambat? Cepatlah pakai kostummu sebelum pengurus panti ini memarahi kita!” Ujar Ji Na, rekan kerja Jisoo dengan memberi gadis cantik itu sebuah kostum Doraemon.

“Maafkan aku! Aku akan segera memakai kostum ini.” Kata Ji Soo dengan menerima kostum pemberian temannya itu dan berlari memasuki toilet.

Beberapa saat kemudian, Ji Soo kembali berkumpul bersama teman-temannya dengan mengenakan kostum Doraemon. Kemudian ia dan teman-temannya mulai menghibur anak-anak di panti asuhan tersebut. Sekalipun pekerjaannya itu sangat melelahkan, namun Ji Soo dan teman-temannya sangat menikmatinya. Mereka benar-benar bekerja keras hari ini untuk menghibur anak-anak di panti asuhan tersebut. Hingga tanpa terasa waktu berjalan dengan cepat. Siang pun menjelang. Pekerjaan Ji Soo selesai dengan sukses. Tentunya berkat kerja kerasnya bersama teman-temannya. Mereka mulai melepaskan kostum masing-masing.

Huft, benar-benar melelahkan!” Ucap Ji Na seraya melepaskan kostum Donald Duck-nya.

Yak, cepat bagikan uangnya! Aku harus segera pergi!” Ujar Ji Soo seraya menyambar tasnya.

“Kau mau kemana lagi? Jangan terlalu banyak bekerja! Kau bisa sakit!” Balas Ji Na dengan mengeluarkan sebuah amplop coklat pemberian pengurus panti asuhan tempat mereka bekerja hari ini.

“Aku harus segera ke kedai Ayam Panggang di dekat Sungai Han. Aku bekerja paruh waktu disana.” Jawab Ji Soo sembari menyambar uang pemberian Ji Na.

“Sejak kapan kau bekerja disana?” Tanya Ji Na.

“Sebulan yang lalu. Terima kasih atas uangnya! Jika ada pekerjaan lagi, jangan sungkan-sungkan untuk mengajakku! Aku pergi dulu! Bye…” Ucap Ji Soo berlari menuju sepedanya dan mengayuh sepedanya menuju kedai tempatnya bekerja selanjutnya.

Siang yang terik tak mengurangi rasa semangat seorang Kim Ji Soo yang pekerja keras itu. Ia akan memanfaatkan setiap waktunya untuk bekerja dan bekerja agar bisa mengumpulkan banyak uang. Ya, tak ada hal yang selalu dipikirkan oleh gadis bermarga Kim ini selain uang dan uang.

“Aku harus mengayuh sepedaku lebih cepat! Setidaknya aku masih memiliki waktu tiga puluh menit.” Bisik Ji Soo dengan mengayuh sepedanya yang lusuh.

Siang yang begitu panas membuat tenggorokan Ji Soo kering kerontang. Ia tak bisa menahan rasa hausnya lagi. Gadis cantik ini pun menghentikan sepedanya di depan sebuah toko minuman. Paling tidak, ia harus membasahi tenggorokannya dengan segelas Bubble Tea dingin yang nikmat. Kemudian Ia memutuskan melangkah untuk membeli segelas Bubble Tea. Setelah mendapatkan Bubble Tea yang di inginkannya, Ji Soo kembali melangkah menuju sepedanya yang berada di tepi jalan.

“Siang ini benar-benar panas. Padahal semalam hujan sangat deras. Mengapa siang ini begitu panas? Benar-benar cuaca yang tak menentu. Untung saja daya tahan tubuhku kuat!” Ucap Ji Soo dengan menenggak Bubble Tea yang baru saja dibelinya.

Ji Soo benar-benar menikmati Bubble Tea-nya. Ia menenggak Bubble Tea tersebut dengan penuh semangat. Hingga sebuah mobil sport berwarna merah mengkilap melintas tepat di depannya dan menerobos sebuah kubangan air yang berada di jalan raya tersebut.

Byurrr…”

Air di dalam kubangan tersebut menciprati wajah Ji Soo dan membuat wajah sekaligus bajunya kotor. Sontak hal itu membuat gadis cantik ini tak terima. Ia lantas mengejar mobil sport tadi sembari berteriak layaknya orang gila.

YAK, BERHENTI! JANGAN LARI! KAU HARUS BERTANGGUNG JAWAB!” Teriak Ji Soo seraya berlari.

Tampaknya si pengemudi mobil sport tersebut tak menyadari kesalahannya dan terus melajukan mobil mahalnya itu dengan kecepatan tinggi. Hingga sebuah rambu-rambu lalu lintas pertanda berhenti menyala. Dengan terpaksa, si pengemudi mobil yang bernama lengkap Song Min Ho itu harus menghentikan laju mobilnya. Lelaki tampan ini tampak sudah sangat rapi dengan setelan jas dan kemeja putihnya serta celana hitam dan sepatu hitam yang mengkilap. Tak lupa agar menambah kesan seksi nan keren, ia mengenakan sebuah kaca mata hitam.

“Mengapa lama sekali! Aku bisa terlambat datang. Dan kakek akan menceramahiku!” Bisik Minho dengan melirik arloji mahalnya yang melingkar di pergelangan tangannya.

“Byuurr…”

Tiba-tiba seseorang datang dan langsung menyiram wajah lelaki tampan ini dengan segelas Bubble Tea. Si penyiram yang tak lain adalah Ji Soo itu tampak puas bisa membalas apa yang dilakukan oleh Min Ho padanya tadi. Sedangkan Min Ho yang merasa tak melakukan kesalahan tampak tak terima dengan apa yang dilakukan oleh gadis cantik itu. Lelaki bermarga Song ini melepas kaca mata hitamnya dan menatap Ji Soo dengan tatapan tajam nan mematikan.

“Apa maksudmu menyiram wajahku dengan minuman murahan itu, hah?” Tanya Min Ho beranjak keluar mobilnya dan berdiri tegak di hadapan Ji Soo.

“Kau sudah mengotori bajuku dengan mobil jelekmu ini. Dan kau pergi begitu saja tanpa bertanggung jawab. Aku tak akan membiarkanmu lolos!” Jawab Ji Soo dengan menendang ban mobil sport di hadapannya itu.

Mendengar ucapan Ji Soo barusan, Min Ho tampak tak mau ambil pusing. Ia lantas mengambil beberapa lembar uang dari dalam dompetnya dan melemparkannya tepat di wajah Ji Soo.

“Aku sudah bertanggung jawab! Ambil semua uang itu. Dan semuanya sudah selesai!” Ucap Min Ho seraya melangkah memasuki mobilnya kembali.

Yak, tunggu!” Kata Ji Soo tampak tak terima.

Min Ho pun menghentikan langkah kakinya dan menatap Ji Soo tajam.

“Plaakk…”

Sebuah tamparan pun mendarat indah di pipi mulus Min Ho. Lelaki ini hanya bisa diam karena kaget dengan apa yang dilakukan oleh Ji Soo barusan padanya. Seumur hidupnya, ia tak pernah ditampar oleh siapapun. Dan untuk pertama kalinya, ia merasakan sebuah tamparan dari seseorang yang tak ia kenal. Ingin sekali Min Ho membalas apa yang dilakukan oleh gadis dihadapannya itu. Namun, ia ingat bahwa orang yang telah menamparnya adalah seorang gadis. Akan sangat memalukan jika ia sampai berkelahi dengan seorang gadis.

“Itu adalah balasan yang setimpal untukmu! Kau pikir dengan uang yang kau miliki, kau bisa pergi dan lepas dari tanggung jawab, hah?” Cerocos Ji Soo.

Baru saja Min Ho ingin membuka mulutnya membalas apa yang di ucapkan oleh Ji Soo. Namun, tiba-tiba ponselnya berdering. Ia segera meraih ponselnya dan terlihat nama ‘Jackson Wang’ dilayar. Min Ho segera mengusap layar ponselnya dan mendekatkan pada telinganya.

Yak, kau dimana? Mengapa belum datang? Apakah kau sudah gila? Apakah kau ingin di ceramahi oleh si tua bangka Kim Jae Chun yang cerewet itu, hah?” Cerocos Jackson dari ujung telepon dengan hebohnya.

Sontak hal itu membuat Min Ho harus menjauhkan ponselnya dari telinganya sebelum gendang telinganya rusak karena teriakan dan ocehan Jackson dari ujung telepon tersebut.

Aish, dasar si Mulut Mercon!” Bisik Min Ho kesal.

Hari ini Min Ho benar-benar sial. Tanpa ada keinginan untuk berbicara ataupun menjawab pertanyaan Jackson, ia langsung memutus sambungan telepon dari Jackson. Dilemparnya ponselnya yang mahal ke dalam mobilnya. Lelaki tampan ini memandang Ji Soo dengan tatapan mematikan.

“Untung saja kau seorang perempuan. Jika kau laki-laki, mungkin aku sudah menghajarmu!” Ucap Min Ho.

“Kau pikir aku akan takut padamu. Aku sama sekali tak takut padamu!” Ucap Ji Soo tegas dengan menatap Min Ho tak kalah tajam.

“Aku tak ada waktu untuk meladeni semua ocehanmu yang tak berguna.” Ucap Min Ho seraya mengenakan kembali kaca mata hitamnya dan memasuki mobilnya.

Yak, kau harus meminta maaf terlebih dahulu padaku! Mana boleh kau pergi begitu saja sebelum meminta maaf!” Cerocos Ji Soo yang tampaknya tak dipedulikan oleh Min Ho.

Min Ho benar-benar sangat malas meladeni segala macam ucapan gadis yang sama sekali tak dikenalnya itu. Ia lantas melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi meninggalkan Ji Soo yang masih sibuk mengoceh itu.

“YAK, BERHENTI!” Teriak Ji Soo dengan berlari mengejar mobil sport berwarna merah itu.

Namun, sekuat apapun Ji Soo mengejar mobil tersebut, semuanya akan tetap sia-sia. Ia lantas melepas sepatu lusuhnya dan melemparkannya tepat ke arah kepala si pengemudi mobil tersebut.

“Buuukk…”

Seketika Min Ho meringis kesakitan saat kepalanya dihantam oleh sebuah sepatu lusuh. Ia memegang kepalanya yang sedikit sakit itu. Lelaki bermarga Song ini pun menghentikan laju mobilnya. Kemudian keluar dari mobilnya dengan perasaan yang sangat jengkel. Dari kejauhan ia bisa melihat Ji Soo yang tengah berlari menuju tempatnya berdiri saat ini.

“Dasar gadis gila!” Bisik Min Ho kesal.

“Hosh… Hosh… Hosh…”

Deru nafas Ji Soo terdengar tak teratur. Gadis manis itu berusaha mengatur nafasnya dan melangkah mendekati Min Ho yang kini berdiri di hadapannya.

“Sudah kubilang bahwa kau tak akan bisa lari dariku!” Ucap Ji Soo.

“Dasar gadis gila! Ambil kembali sampahmu dan berhenti menggangguku!” Kata Min Ho dengan melempar sepatu lusuh tadi pada Ji Soo.

Min Ho melangkah memasuki mobilnya dan melempar beberapa lembar uang pada gadis yang telah membuatnya kesal itu. Lalu, ia melajukan mobilnya kembali dengan kecepatan tinggi. Kali ini ia tak akan menghentikan laju mobilnya lagi meskipun gadis bermarga Kim itu terus berteriak memanggilnya.

YAK, KAU PIKIR KARENA KAU KAYA DAN MEMILIKI BANYAK UANG, KAU BISA MERENDAHKAN ORANG LAIN BEGITU SAJA? BERHENTI! DASAR LELAKI SOMBONG!” Teriak Ji Soo masih tampak tak terima.

“Benar-benar lelaki sombong.” Bisik Ji Soo.

Gadis ini memandang beberapa lembar uang yang berceceran di bawah kakinya. Sejenak ia berpikir.

“Apakah aku harus memungut uang-uang itu?” Batin Ji Soo.

Ia kemudian melangkah tanpa memungut uang-uang tadi. Namun, beberapa saat kemudian ia kembali ke tempat tadi dan mengambil beberapa lembar uang yang dilempar secara tak sopan oleh Min Ho itu.

“Kenapa aku harus menyia-nyiakan uang ini? Mereka tak bersalah! Yang bersalah adalah lelaki jelek tadi. Baiklah! Aku akan memungut kalian dan mengijinkan kalian tinggal di dalam dompetku!” Ucap Ji Soo seraya memasukkan beberapa lembar uang ke dalam dompetmya.

.

.

Written By H.ZTao_94

.

.

“HAHAHA….”

Seketika tawa Jackson meledak setelah mendengar cerita dari Min Ho tentang apa yang dialaminya tadi siang. Han Sol dan Jin Hwan juga ikut tertawa, namun tak seperti Jackson yang tampaknya sangat berlebihan itu.

Yak, berhenti tertawa! Atau kau akan kubunuh!” Ucap Min Ho nampak kesal karena sedari tadi Jackson terus tertawa seolah-olah mentertawakan dirinya.

“Pyakkk…”

Tumpukan kertas pun mendarat indah tepat di wajah Jackson. Sontak hal itu membuatnya menghentikan tawanya. Si pelempar sudah pergi meninggalkan ruangan tersebut dengan perasaan kesal.

“Kurasa Min Ho benar-benar marah!” Ujar Han Sol.

“Dia mungkin setelah ini akan benar-benar membunuhmu!” Tambah Jin Hwan dengan terkekeh.

“Biarkan saja! Ceritanya sangat lucu! Aku jadi sangat penasaran dengan gadis itu. Pasti dia memiliki nyali yang sangat besar! Benar-benar gadis yang luar biasa!” Balas Jackson.

“Urus saja pekerjaanmu yang masih menumpuk!” Ucap Han Sol dengan memberikan beberapa tumpuk dokumen pada sahabat yang sudah seperti saudaranya itu.

Aish, mengapa sebanyak ini? Kalian tak ada yang mau membantuku?” Tanya Jackson dengan menampakkan wajah memelasnya.

“Tidak. Aku ada urusan.” Balas Han Sol dengan memainkan ponselnya.

“Urusan apa? Kurasa urusanmu pasti ada hubungannya dengan para gadis yang mengejarmu!” Kata Jackson dengan menyipitkan matanya memandang Han Sol.

“Kau sendiri bagaimana? Kau bahkan tak menyelesaikan pekerjaanmu hanya demi bisa berkencan dengan semua kekasihmu. Sehari kau mengencani lima gadis sekaligus. Dan keesokan harinya juga seperti itu dan dengan gadis yang berbeda.” Cerocos Han Sol membongkar rahasia Jackson yang memang seorang playboy kelas kakap itu.

Yak, berhenti berbicara atau aku akan menyeretmu dan membuangmu ke sungai Han.” Balas Jackson dengan membungkam mulut Han Sol.

“Tak bisakah sehari saja kalian tak membuat keributan?” Tambah Jin Hwan yang tampaknya mulai muak dengan tingkah dua sahabatnya itu.

“Ini semua karena dia terlalu banyak berbicara. Membuatku kesal saja!” Ucap Jackson membuat alasan.

Yak, bukankah kau yang terlalu banyak berbicara? Dasar Mulut Mercon!” Bantah Han Sol tak terima.

“Kalian berdua sama saja.” Kata Jin Hwan dengan melangkah meninggalkan tempat tersebut.

Yak, tunggu aku!” Ucap Han Sol dengan berlari mengejar sahabatnya itu.

Jin Hwan melangkah menyusuri koridor-koridor kantor. Tentunya dengan Han Sol yang juga melangkah berdampingan dengannya layaknya sepasang pengantin baru. Saat melewati sebuah ruangan, Jin Hwan dan Han Sol sejenak menghentikan langkah kakinya.

“Siapa mereka?” Tanya Han Sol saat melihat beberapa orang berpakaian hitam-hitam berada di ruangan Tuan Kin Jae Chun.

“Entahlah! Mungkin kakek menyuruh mereka menyelidiki sesuatu.” Balas Jin Hwan menebak.

“Mereka tampak seperti detektif.” Tambah Han Sol.

“Mungkin mereka memang detektif.” Ucap Jin Hwan seraya melangkah meninggalkan Han Sol yang tampak sangat penasaran itu.

.

.

Written By H.ZTao_94

.

.

Sore menjelang. Matahari mulai berada di ufuk barat dan berwarna oren tampak hampir menenggelamkan dirinya dalam awan yang membiaskan sinarnya. Semilir angin sore yang cukup sejuk membelai rambut panjang sosok Kim Ji Soo. Gadis cantik ini masih bergelut dengan pekerjaannya. Seharian ia bekerja tanpa henti. Dan pada akhirnya, beberapa menit lagi pekerjaannya akan segera selesai dan ia bisa pulang untuk beristirahat. Eits, tapi Ji Soo tak bisa beristirahat terlalu lama karena ada pekerjaan lain yang segera menantinya lagi.

Huft, hanya tinggal satu pesanan lagi. Dan setelah ini aku bisa pulang.” Bisik Ji Soo seraya mulai melajukan motor yang biasa ia gunakan untuk mengantar ayam panggang.

Perlahan motor pun melaju melintasi jalanan kota Seoul yang sangat ramai itu. Ji Soo bisa melihat lampu-lampu jalanan yang mulai menyala menerangi jalanan yang mulai petang. Gadis cantik ini tampak menikmati perjalanannya.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih sepuluh menit, akhirnya ia sampai di alamat yang di tuju. Ji Soo turun dari motornya dengan membawa sebuah kantong plastik ukuran sedang yang berisi ayam panggang. Ia melangkah mendekati pintu gerbang yang tampak besar nan mewah itu. Kemudian memencet bel yang ada di samping pintu gerbang tersebut.

Ting tong

Suara bel pun terdengar. Beberapa saat kemudian, pintu gerbang terbuka dan terlihat seorang penjaga keamanan tersenyum ramah pada Ji Soo.

“Selamat sore. Saya kurir dari ‘Amazing Chicken Restaurant’ yang mendapatkan tugas untuk mengantar ayam panggang ke alamat ini.” Ucap Ji Soo dengan memberikan kantong palstik yang dibawanya pada petugas keamanan yang ada di hadapannya.

“Iya. Terima kasih.” Balas petugas keamanan tersebut ramah seraya menerima ayam panggang pemberian Ji Soo dan memberikan beberapa lembar uang kepada gadis bermarga Kim itu.

“Tolong tanda tangan disini sebagai tanda bukti.” Ucap Ji Soo dengan memberikan sebuah kertas beserta pulpen pada penjaga keamanan tersebut.

Si penjaga keamanan pun melakukan apa yang Ji Soo katakan. Setelah tugasnya selesai, Ji Soo pun kembali melangkah menuju motornya. Sebelum ia pergi, ia memandang pintu gerbang megah yang ada di hadapannya itu penuh kagum.

“Kapan aku bisa tinggal di rumah yang besar seperti ini? Pasti sangat menyenangkan jika bisa tinggal di rumah yang besar dan mewah dengan banyak pelayan di dalamnya.” Ucap Ji Soo.

Selama ini Ji Soo hanya bisa berkhayal tinggal di dalam sebuah rumah besar nan mewah bak seorang putri. Sejak kecil, Ji Soo hidup dalam keluarga yang sangat sederhana. Ia harus bekerja untuk memenuhi segala kebutuhannya. Tak peduli siang atau malam, ia akan terus bekerja agar bisa mengumpulkan banyak uang. Uang, uang dan uang. Itulah isi kepala seorang Kim Ji Soo. Banyak orang yang berpendapat bahwa Ji Soo adalah sosok gadis yang materialistis. Namun sematerialistis apapun sosok Kim Ji Soo, ia tetap mengutamakan harga diri.

Dalam lamunannya yang indah, tiba-tiba terdengar suara klakson yang menyadarkan Ji Soo.

TIIIITT… TIITT… TIIITT…

“YAK, TAK BISAKAH KAU MINGGIR?” Teriak seorang pengemudi mobil mewah yang ada di hadapan Ji Soo tersebut.

Ji Soo pun menyingkir beberapa langkah dari depan mobil mewah tersebut dan mulai melajukan motornya. Namun, beberapa detik kemudian ia harus menghentikan laju motornya karena ponselnya berdering. Ia pun menepi dan mulai merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel tersebut. Terlihat nama ‘Ayah’ di layar ponsel.

“Ada apa? Mengapa Ayah meneleponku?” Bisik Ji Soo penasaran.

Ia pun mengusap layar ponselnya dan mendekatkan pada telinganya.

Yeoboseo…” Ucap Ji Soo memberi salam.

“Kau dimana? Mengapa belum pulang?” Tanya Tuan Kim Jung Sik, Ayah Jisoo, dari ujung telepon.

“Aku masih di jalan. Sebentar lagi aku akan pulang. Mengapa? Ayah merindukanku?” Tambah Ji Soo malah menggoda Ayahnya.

“Bocah tengik ini. Sudah jelas-jelas aku mengkhawatirkannya tapi dia malah menggodaku. Yak, apakah kau minta dipukul?” Balas Tuan Kim.

“Ayah tak mungkin tega memukulku! Bukankah aku ini putri kesayangan Ayah, hem?” Kata Ji Soo dengan manja.

“Iya. Kau memang putri kesayanganku. Dan akan selamanya seperti itu. Tuan putri Ji Soo yang cantik, pulanglah! Ayah dan Ibu menunggumu di rumah.” Ujar Tuan Kim.

“Baiklah, putrimu yang sangat cantik ini akan segera pulang.” Balas Ji Soo dengan tersenyum kemudian mengakhiri panggilan telepon dari Ayahnya itu.

Ji Soo kembali melajukan motornya menuju restoran. Hanya dalam waktu sepuluh menit saja, ia sudah sampai di restoran. Kemudian ia memberikan kunci motor yang digunakannya tadi pada salah satu temannya.

“Aku akan pulang.” Pamit Ji Soo seraya menyambar tasnya dan melepaskan seragam kerjanya.

“Semoga harimu menyenangkan.” Balas Young Eun, teman kerja Ji Soo.

“Hari-hariku selalu menyenangkan. Kecuali hari ini. Ini semua gara-gara lelaki sombong tadi.” Balas Ji Soo.

“Lelaki sombong siapa?” Tanya Young Eun tampak penasaran.

Ah, sudahlah! Tidak usah dibahas!” Balas Ji Soo seraya berlari keluar restoran.

.

.

Written By H.ZTao_94

.

.

Hari sudah gelap saat Ji Soo sampai dikediaman keluarganya. Gadis cantik ini sangat kaget saat mendapati tiga mobil mewah terparkir di depan rumahnya. Entah siapa yang bertamu di rumahnya saat ini. Yang jelas hal itu membuatnya sangat penasaran. Ia segera memarkir sepedanya yang lusuh di sembarang tempat. Kemudian ia melangkah memasuki rumahnya yang sangat sederhana nan sempit itu.

Ceklek…

Ji Soo membuka pintu. Terlihat beberapa orang yang berjas hitam rapi dengan celana hitam dan sepatu hitam yang mengkilap tengah duduk di ruang tamunya. Disana ia juga melihat Ayah dan Ibunya yang tengah minum teh bersama beberapa orang berjas hitam tadi.

“Ji Soo, kemarilah!” Ucap Tuan Kim dengan melambaikan tangannya pada putri kesayangannya itu.

Ji Soo pun melangkah mendekati Ayah dan Ibunya. Kemudian duduk di samping dua orang paruh baya itu.

“Siapa mereka?” Tanya Ji Soo tampak penasaran.

“Mereka… Mereka adalah…”

Tuan Kim tampak bingung harus menjawab apa. Lelaki paruh baya ini bahkan tak tahu harus memulai pembicaraannya dari mana. Namun, ia tak bisa menyembunyikan rahasia ini dari Ji Soo selamanya. Terlebih lagi ia sudah menyembunyikan kebenaran tentang jati diri Ji Soo selama dua puluh tahun.

“Ayah, mengapa kau tampak gugup? Katakan padaku, siapa mereka? Apakah mereka rentenir yang menagih hutang? Atau jangan-jangan mereka adalah orang-orang yang akan menyita rumah kita?” Ucap Ji Soo mencoba menebak.

“Ji Soo…” Kata Tuan Kim sembari mencengkeram pundak putrinya itu erat dengan mata berkaca-kaca.

Sontak hal itu membuat Ji Soo semakin bingung dan tak mengerti.

“Ayah, sebenarnya ada apa? Siapa mereka?” Rengek Ji Soo yang tampak sudah tak sabar mendengar penjelasan dari Ayahnya itu.

 

TO BE CONTINUED –

 

Thanks buat yang udah RCL  😘😘😘

Sampai jumpa di chapter berikutnya 🙂

 

Tag :

@[100012335462495:]

@[100009194350726:]

@[100004857822013:]

@[100004395490580:]

@[100010615114433:]

@[100005771385506:]

@[100011367390509:]

@[100009807183314:]

@[100004009076913:]

@[100008033989405:]

@[100011367390509:]

@[100008302262548:]

@[100000185442664:]

@[100004247088221:]

@[100007512941884:]

@[100009510589907:]

@[100008535106196:]

@[100008227144183:]

@[100006072048239:]

@[100012759724544:]

@[100014610075052:]

@[100005328375029:]

Leave a comment