[FICLET] KIDNAPPING

KIDNAPPING

by, a c u

Starring WINNER’s Mino with OC’s Yoon Seomin || Friendship – Slice of life || PG13 – Ficlet

.

“Nanti kauakan berterimakasih padaku karena sudah menculikmu ke sini, Seo.”

.

.

 

“Kerjaanku banyak, Song. Kenapa kau malah menculikku ke pantai di saat musim dingin seperti ini?! Kauingin membunuhku, ya?” Seomin memeluk tubuhnya sendiri sedari ia keluar dari mobil Song Mino.

Continue reading “[FICLET] KIDNAPPING”

[Oneshot] Please Comeback to me …

top last dance b

[Oneshot]  Please Comeback to me …

 

 

“A fanfiction – for my hubby, Choi Seung Hyun, I love you – until the end of the world. I hope everything gonna be okay” – Shim Yi Lin

 

 

***Background Song : GDragon – Untitled, 2014***

 

 

Continue reading “[Oneshot] Please Comeback to me …”

[YGEFF] Non-fiction (Chapter. 3)

Title : Non-fiction [Chapter 3]

Written : H.ZTao_94

Genre : Romance, Sad, Family, Drama

Rating : PG +15

Lenght : Chaptered

Main Cast : WINNER’s Mino as Song Min Ho || Blackpink’s Jisoo as Kim Ji Soo

Additional Cast : iKON’s Jinhwan as Kim Jin Hwan || Red Velvet’s Irene as Bae Joo Hyeon || GOT7’s Jackson as Jackson Wang || SR15B’s Hansol as Ji Han Sol

Disclaimer : Semua cast milik Tuhan, keluarganya dan agensi masing-masing. Cerita ini terinspirasi dari drama Taiwan ‘Romantic Princess’ dengan beberapa perubahan. Jika ada kesamaan cast, alur maupun cerita, hanya sebuah ketidaksengajaan.

DON’T COPAS OR RE-UPLOAD

DON’T PLAGIAT

DON’T BE SILENT READER

HAPPY READING

.

~o0o~

.

[PREVIOUS CHAPTER 2]

Ceklek…

Min Ho membuka pintu kamar Ji Soo yang memang tak dikunci itu. Ia lantas memasuki ruangan yang cukup berantakan itu.

“Gadis itu benar-benar sangat…” Min Ho menggantung ucapannya saat melihat sebuah dress diatas ranjang.

“Baiklah! Aku akan memulainya dari ini.” Bisik Min Ho dengan mengambil dress tersebut. Lelaki tampan ini kemudian keluar dari kamar Ji Soo dan memanggil seorang pelayan yang kebetulan lewat.

“Kemarilah!” Bisik Min Ho pada pelayan tersebut. Si pelayan pun mendekat pada lelaki bermarga Song itu.

“Ada apa, Tuan Muda?” Tanya si Pelayan.

Min Ho pun memberikan kode pada pelayan tersebut agar lebih dekat padanya. Kemudian ia membisiki pelayan itu.

“Tapi…” Si Pelayan tampak keberatan dengan apa yang diperintahkan Min Ho padanya.

“Ini hanya main-main. Jangan terlalu takut! Jika terjadi sesuatu, aku akan bertanggung jawab. Dan ini sedikit imbalan untukmu.” Ujar Min Ho dengan memberi Pelayan tersebut beberapa lembar uang.

“Baiklah, Tuan Muda!” Balas si Pelayan dengan menerima beberapa lembar uang dari Min Ho kemudian pergi dengan membawa dress milik Ji Soo.

“Pertunjukkan akan segera dimulai!” Bisik Min Ho dengan tersenyum.

 

NON-FICTION [CHAPTER 3]

“Selamat makan!” Ucap Tuan Jae Chun mengawali sarapan pagi ini. Lelaki tua ini terlihat sangat antusias karena mulai hari ini ia akan sarapan bersama lima cucunya. Tampak Ji Soo yang sangat menikmati sarapannya yang memang sangat istimewa dibandingkan yang biasa ia makan. Min Ho yang duduk berseberangan dengan Ji Soo melirik gadis cantik tersebut seperti menunggu sesuatu.

“Mengapa belum memberikan reaksi apa-apa?” Batin Min Ho.

Beberapa saat kemudian, terlihat Ji Soo yang mulai gusar. Seperti ada sesuatu yang mengganggunya. Min Ho yang memang sudah merencanakan hal itu sudah bersiap untuk melihat pertunjukkan pagi yang akan menghebohkan semua orang yang berada disana.

“HUWAAA…” Teriak Ji Soo seraya melemparkan sesuatu diatas meja makan yang ia temukan dari dalam bajunya. Sontak hal itu membuat semua yang saat ini tengah sibuk makan menjadi ikut kaget dan panik.

“Benar-benar menjijikkan!” Ucap Jackson memandang Kecoa yang saat ini bertengger tepat di atas piringnya.

Aish, menyebalkan! Aku akan sarapan di luar saja.” Tambah Han Sol tampak kesal karena kejadian pagi ini benar-benar membuatnya tak berselera makan dirumah.

“Ji Soo, mengapa kau melempar Kecoa itu diatas makanan Jackson?” Tanya Tuan Jae Chun.

“Aku juga tidak tahu dari mana Kecoa itu berasal. Aku tadi merasa ada sesuatu yang gatal dari dalam bajuku. Dan setelah aku mencarinya ternyata ada sesuatu didalam bajuku. Jadi aku melemparnya begitu saja. Maafkan aku, Kakek!” Jelas Ji Soo tampak menyesal.

“Menyebalkan!” Tambah Han Sol sembari melangkah keluar ruangan. Kemudian disusul Jackson yang mengekorinya.

“Sarapan pagi ini benar-benar me-nye-nang-kan!” Kata Min Ho dengan tersenyum Evil memandang Ji Soo yang saat ini tampak takut itu.

“Tidak apa-apa. Jangan merasa khawatir. Ini hanya kejadian kecil yang tak menimbulkan efek apapun.” Ucap Jin Hwan mencoba menenangkan Ji Soo.

“Aku akan berangkat sekarang.” Pamit Min Ho sembari melangkah pergi.

“Aku juga akan berangkat sekarang.” Tambah Jin Hwan dengan tersenyum memandang Ji Soo.

Sementara itu Ji Soo masih terlihat bingung sekaligus tak enak pada kakeknya. Terlebih lagi hari ini adalah hari pertamanya ia sarapan bersama sang kakek.

“Kakek, maafkan aku karena sudah mengacaukan sarapan pagi ini.” Sesal Ji Soo.

“Tidak masalah, Ji Soo. Ini hanya kejadian kecil yang tak terduga. Jangan terlalu merasa bersalah.” Balas Tuan Jae Chun sembari menepuk pundak cucu biologisnya itu.

“Tapi aku merasa tidak enak pada Jackson, Han Sol, Jin Hwan dan juga Min Ho.” Ujar Ji Soo.

“Tidak apa-apa. Jangan cemas!” Tuan Jae Chun masih tampak sabar dan berusaha untuk menenangkan sang cucu.

“Kalau begitu. Aku akan membereskan semua ini.” Ucap Ji Soo dengan membereskan beberapa piring yang ada di atas meja makan tersebut.

“Kau tidak perlu melakukannya, Ji Soo. Itu adalah tugas para pelayan.” Kata Tuan Jae Chun mencoba menghentikan Ji Soo.

“Tapi…” Ji Soo menggantung kata-katanya.

“Ini sudah siang. Aku harus berangkat ke kantor untuk mengadakan rapat. Tetaplah berada di rumah ini! Jika kau membutuhkan sesuatu, kau bisa memanggil Pelayan Bae.” Jelas Tuan Jae Chun sebelum pergi ke ke kantor.

“Iya, kakek.” Jawab Ji Soo dengan membungkuk dihadapan sang kakek.

.

.

Written By H.ZTao_94

.

.

Siang yang cukup terik. Matahari menyinari bumi dengan sinarnya yang panas nan terang. Ji Soo masih diam di dalam kamarnya setelah makan siang tadi. Gadis cantik ini mulai bosan. Biasanya ia bekerja paruh waktu di tiga tempat sekaligus dalam sehari, namun mulai hari ini Ji Soo harus terbiasa hidup sebagai cucu dari seorang konglomerat Kim Jae Chun, pemilik JC Group.

“Ternyata hanya diam dan tak melakukan apa-apa itu sangat membosankan!” Ucap Ji Soo dengan mondar-mandir di dalam kamarnya yang luas itu. Ia memandang jendela kamarnya dan melihat hamparan rerumputan hijau nan asri. Seketika jiwa liarnya keluar.

“Ternyata di rumah sebesar ini ada lahan hijau juga. Setidaknya aku bisa melakukan sesuatu disana. Menanam bunga atau sayuran.” Kata Ji Soo seraya melangkah keluar kamarnya dengan penuh semangat.

Sesampainya di tempat yang dituju, Ji Soo tampak senang. Ia segera berlarian layaknya anak kecil yang baru saja menemukan tempat untuk bermain. Ternyata tak hanya rerumputan hijau, di lahan yang cukup luas itu, ia juga melihat beberapa bunga yang tumbuh dengan baik.

Wow… Ini luar biasa!” Bisik Ji Soo seraya berjalan menuju tempat bunga-bunga tersebut. Gadis cantik ini memetik beberapa bunga mawar yang ada di hadapannya.

Wah, siapa yang sudah merawat bunga-bunga disini? Benar-benar keren.” Bisik Ji Soo.

Meong… Meong… Meong….

Indera pendengaran Ji Soo menangkap suara seekor kucing. Ia pun memandang area sekitarnya untuk mencari sumber suara tersebut. Tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini, Ji Soo melihat sebuah rumah-rumahan kecil dengan dikelilingi pagar kecil yang lucu. Ia pun lekas berlari menuju tempat dimana ia mendengar suara kucing tadi berasal. Dan benar saja, ia melihat banyak kucing didalam rumah-rumahan berukuran mini tersebut. Gadis bermarga Kim ini bahkan melihat seekor anak kucing yang lucu dan menggemaskan. Naluri ‘Animal Lovers’ seorang Kim Ji Soo pun bergelora. Dengan senang hati, ia menggendong anak kucing tersebut.

Wah, kau benar-benar lucu. Siapa yang telah memeliharamu? Mengapa dia menyuruhmu tinggal disini? Jahat sekali!” Kata Ji Soo.

Tak berapa lama, seseorang datang menghampiri Ji Soo yang tengah sibuk bermain dengan kucing-kucing tadi. Tampaknya si pemilik kucing tak senang dengan kedatangan Ji Soo itu.

Yak, turunkan kucingku!” Ucap seseorang dengan suara beratnya.

Ji Soo segera membalikkan tubuhnya dan menemukan Min Ho yang saat ini tengah berdiri di hadapannya dengan melipat tangan didada.

“Kau…” Lirih Ji Soo nampak kaget.

“Turunkan kucingku!” Ulang Min Ho dengan menatap Ji Soo tajam bak pisau dapur yang baru saja di asah.

“Baiklah!” Balas Ji Soo seraya menurunkan anak kucing dari gendongannya dan memasukkannya ke dalam rumah-rumahan mini yang memang menjadi tempat tinggal kucing tersebut.

“Pergilah!” Usir Min Ho.

“Maafkan aku! Aku tidak tahu jika kucing-kucing ini milikmu.” Sesal Ji Soo sembari melangkah pergi. Setelah melangkah beberapa langkah, Ji Soo menghentikan langkah kakinya. Ia membalikkan tubuhnya dan memandang Min Ho yang saat ini masih berdiri sekitar lima meter dari disamping kandang kucingnya.

“Sebaiknya jangan memeliharanya disana! Saat malam, mereka pasti sangat kedinginan. Lebih baik buatkan kandang di dalam rumah saja!” Ucap Ji Soo memberi saran.

“Pergilah!” Balas Min Ho yang masih menatap Ji Soo tajam.

“Padahal aku hanya memberinya saran, mengapa dia tetap bersikap dingin padaku?” Gerutu Ji Soo kesal. Ia pun pergi dengan perasaan kesalnya meninggalkan Min Ho bersama kucing-kucing tadi.

Sementara itu, Min Ho diam memandang kucing-kucing peliharaannya yang tengah asik bermain didalam kandang. Ia bahkan menjaga jarak dengan kucing-kucingnya itu.

.

#Flashback

“Saengil Chukkae Hamnida… Saengil Chukkae Hamnida…” Ucap seorang gadis kecil berusia dua belas tahunan dengan membawa sebuah kue Tart kecil di tangannya.

“Mengapa tidak ada lilinnya?” Tanya seorang anak laki-laki yang juga berusia dua belas tahunan.

“Aku sengaja tak memberinya lilin. Nanti jika ada angin, lilinnya akan mati.” Jelas gadis kecil tersebut yang bernama lengkap Bae Joo Hyeon itu.

“Lalu, bagaimana aku hisa mengucapkan permohonan jika tak ada lilinnya?” Tanya anak laki-laki yang bernama lengkap Song Min Ho itu.

“Benar juga. Baiklah! Aku akan mengambil lilin dan juga korek api. Tunggulah disini, aku akan segera kembali!” Ujar Joo Hyeon dengan berlari kembali memasuki rumah.

Tak berapa lama, Joo Hyeon kembali dengan membawa beberapa lilin ditangannya. Gadis cantik ini pun memasang lilin yang dibawanya diatas kue Tart. Kemudian menyalakan lilin tadi dengan korek api yang dibawanya.

“Apakah sudah sempurna?” Tanya Joo Hyeon pada Min Ho.

“Nah, ini baru namanya merayakan ulang tahun.” Jawab Min Ho tampak antusias.

“Ayo ucapkan permohonanmu lalu tiup lilinnya!” Ucap Joo Hyeon.

“Baiklah!” Balas Min Ho. Ia pun memejamkan matanya dan tersenyum yang tentu saja hal itu membuat Joo Hyeon merasa aneh.

‘Apa permohonan Min Ho?’

‘Mengapa dia membuat permohonan dengan tersenyum?’

‘Apakah aku ada di dalam permohonannya?’

Itulah beberapa pertanyaan yang kini bergelayutan di kepala Joo Hyeon. Setelah selesai membuat permohonan, Min Ho pun meniup lilin diatas kue Tart yang ada dihadapannya itu.

Fiuh…

Seketika lilin pun padam. Min Ho tersenyum memandang Joo Hyeon yang duduk disampingnya. Anak laki-laki ini memberikan satu kue Tart utuh tersebut pada temannya itu.

“Untukmu!” Ucap Min Ho.

“Semuanya?” Tanya Joo Hyeon.

“Iya. Perutku masih kenyang. Nanti malam aku juga akan merayakan ulang tahunku lagi dengan kue Tart yang jauh lebih besar bersama kakek dan yang lainnya.” Jawab Min Ho. Mendengar apa yang dikatakan Min Ho barusan membuat Joo Hyeon terdiam. Gadis kecil ini menundukkan kepalanya.

“Mengapa kau diam saja? Ayo makan kuenya!” Ujar Min Ho.

“Aku membeli kue Tart ini dengan uang tabunganku sendiri. Dan aku membelinya khusus untukmu. Tapi kau mengembalikan lagi kue Tart ini padaku. Aku tahu kue Tart pemberianku ini tak sebesar kue Tart yang akan dibelikan kakek padamu nanti malam. Kue Tart ini juga tak memiliki rasa yang spesial atau berharga mahal.” Cerocos Joo Hyeon yang tentu saja membuat Min Ho merasa tak enak hati.

“Maksudku bukan seperti itu.” Kata Min Ho berusaha menjelaskan maksudnya pada Joo Hyeon agar temannya itu tak salah paham.

“Sudahlah!” Balas Joo Hyeon dengan melangkah pergi.

Min Ho yang merasa tak enak hati memutuskan untuk mengejar sahabatnya itu. Ia benat-benar tidak bermaksud untuk menyakiti perasaan Joo Hyeon.

“Tunggu!” Kata Min Ho menghentikan langkah gadis kecil bermarga Bae itu. Joo Hyeon hanya diam seraya berhenti dan menatap Min Ho pekat.

“Ayo kita makan kue Tartnya bersama!” Ajak Min Ho dengan menarik tangan Joo Hyeon. Si pemilik tangan hanya mengikuti ajakan sahabatnya itu. Dua anak ini kembali ke tempat mereka duduk tadi dan menikmati kue Tark kecil itu bersama.

#Flashback_End

.

Sepenggal kenangannya bersama teman kecilnya kembali berputar dalam ingatan. Sebuah kisah yang cukup rumit bagi seorang Song Min Ho dan Bae Joo Hyeon.

Beberapa detik kemudian, ponsel Min Ho berdering. Terlihat nama ‘Jackson Wang’ dilayar ponselnya. Min Ho segera menjawab panggilan telepon tersebut dengan sedikit malas.

“Ada apa?” Tanya Min Ho tanpa basa-basi.

‘Apakah kau pulang? Bisakah kau membawakan berkas milikku yang ada laci kamarku?’

“Baiklah.” Balas Min Ho. Kemudian ia mengakhiri panggilan telepon tersebut. Lelaki tampan ini bergegas kembali masuk rumah untuk mengambil berkas milik Jackson dan berkas miliknya.

.

.

Written By H.ZTao_94

.

.

Semilir angin sore membelai lembut rambut Min Ho yang saat ini melangkah menuju tempat parkir. Lelaki tampan ini terlihat lelah setelah berkutat dengan pekerjaannya. Ia memandang dua karyawan yang saat ini tengah bercanda di tempat parkir. Dua orang tersebut tampak menikmati kebersamaan mereka yang tentu saja membuat Min Ho teringat akan kenangannya bersama Joo Hyeon beberapa tahun silam.

.

#Flashback

“Berapa nilai ujian matematikamu?” Tanya Joo Hyeon pada Min Ho.

“Rahasia.” Balas Min Ho dengan tersenyum.

“Kau ini pelit sekali!” Gerutu Joo Hyeon dengan mengerucutkan bibirnya.

“Aish, apakah kau sedang merajuk lagi sekarang?” Tanya Min Ho dengan terkekeh dan terlihat gemas pada kekasihnya itu.

“Terserah kau saja! Aku akan pulang sekarang!” Balas Joo Hyeon seraya melangkah pergi.

“Dasar gadis itu!” Min Ho masih terkekeh. “Yak,tunggu aku!” Kata Min Ho sedikit berteriak seraya berlari mengejar Joo Hyeon yang sedang merajuk itu.

“Apakah kau masih marah? Ayolah jangan seperti ini! Aku hanya bercanda.” Ucap Min Ho sembari menyamakan langkahnya dengan langkah Joo Hyeon.

“Entahlah! Aku merasa bahwa kau sering menyembunyikan rahasia dariku.” Balas Joo Hyeon.

“Aku terlalu malu untuk menunjukkan hasil ujian matematikaku padamu. Kau selalu mendapatkan nilai yang lebih tinggi dariku.” Jelas Min Ho.

Mendengar ucapan Min Ho barusan membuat Joo Hyeon menghentikan langkah kakinya. Ia kemudian memandang kekasihnya itu pekat.

“Mengapa harus malu? Jika nilaimu masih jelek, kita bisa belajar bersama.” Ujar Joo Hyeon.

“Baiklah! Kita akan belajar bersama. Nanti malam aku akan datang ke rumahmu.” Ucap Min Ho.

“Tapi…” Joo Hyeon tampak ragu.

“Apalagi?” Tanya Min Ho.

“Bagaimana jika Presdir Kim mengetahui bahwa kau tidak pergi ke tempat bimbel tapi justru pergi ke rumahku? Bagaimana jika dia marah padaku lalu memecat ibuku?” Tanya Joo Hyeon.

“Itu tidak akan terjadi. Aku berjanji! Karena Han Sol dan Jackson akan membantuku.” Balas Min Ho dengan mengacungkan jari kelingkingnya pada Joo Hyeon.

“Baiklah! Aku akan percaya padamu.” Kata Joo Hyeon dengan melingkarkan jari kelingkingnya pada jari kelingking kekasihnya itu.

#Flashback_End

.

Min Ho kembali teringat pada Joo Hyeon. Seberapa kuat pun ia menahan rasa rindunya pada Joo Hyeon, tetap saja Min Ho tak akan mampu. Hatinya terasa perih setiap mengingat semua kenangannya bersama Joo Hyeon, gadis yang hingga detik ini masih mengisi ruang di hatinya.

Min Ho bergegas memasuki mobilnya. Ia mulai menyalakan mesin mobilnya dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Mobil sport yang berwarna merah mengkilap itu melaju cepat membelah keramaian kota Seoul di sore yang sejuk itu. Dan pada akhirnya, Min Ho menghentikan laju mobilnya di depan sebuah klinik. Ia turun dari mobilnya dan berjalan memasuki klinik tersebut. Baru saja ia membuka pintu klinik, lelaki bermarga Song ini sudah disambut oleh seorang pekerja disana.

“Selamat datang!” Ucap pekerja tersebut ramah.

Tanpa berkata apapun, Min Ho melangkah memasuki ruangan seorang dokter. Namun, langkah kakinya terhenti tatkala pintu yang baru saja akan dibukanya telah dibuka oleh seseorang dari dalam.

“Min Ho…” Ucap Joo Hyeon kaget memandang lelaki tampan di hadapannya itu.

“Joo Hyeon…” Bisik Min Ho dengan mata yang sendu. Ia segera memeluk gadis cantik yang ada di hadapannya itu. Namun, dengan cepat Joo Hyeon melepaskan pelukan Min Ho.

“Apa yang kau lakukan disini? Mengapa tiba-tiba kau datang? Dan… Dari mana kau mengetahui keberadaanku?” Tanya Joo Hyeon masih kaget dengan kedatangan seseorang yang pernah mengisi relung di hatinya itu.

“Jangan menghindar dariku! Kumohon!” Kata Min Ho.

“Semuanya sudah berakhir! Aku sudah memutuskan untuk meninggalkanmu. Jadi, kumohon biarkan aku hidup tenang!” Ujar Joo Hyeon.

“Kau meninggalkanku karena kakek yang memaksamu, kan?” Tanya Min Ho yang terdengar seperti menuntut itu.

“Bukan. Aku meninggalkanmu karena aku lebih memilih untuk hidup tenang. Kumohon pergilah!” Pinta Joo Hyeon yang terdengar seolah mengusir Min Ho. Gadis ini kemudian melangkah keluar klinik dengan menahan air matanya yang sudah mendesak ingin keluar itu. Dan seperti biasa, setiap memandang Min Ho, Joo Hyeon tak akan pernah bisa menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya. Ya, perasaannya yang sebenarnya sangat merindukan sosok Song Min Ho itu.

“Tunggu!” Kata Min Ho berusaha menghentikan Joo Hyeon dengan memegang lengan gadis bermarga Bae itu.

“Lepaskan aku!” Ucap Joo Hyeon setengah berteriak dan berusaha untuk lepas dari genggaman tangan Min Ho.

“Aku tak akan melepaskanmu! Aku… Aku akan meninggalkan semuanya demi dirimu!” Ujar Min Ho dengan mata yang berkaca-kaca.

“Tidak! Kau tak boleh melakukan hal itu!” Balas Joo Hyeon.

“Mengapa? Aku berhak memilih apa yang ingin kupilih! Aku ingin memilih jalan hidupku sendiri.” Ungkap Min Ho yang mulai tak bisa menahan air matanya lagi.

“Semakin kau keras kepala, semakin kau akan membuatku menderita! Aku sudah cukup bahagia hidup tanpamu!” Jelas Joo Hyeon dengan melepaskan tangan Min Ho dari lengannya.

Tak berapa lama, seorang pria tampan datang menghampiri Joo Hyeon. Pria yang bernama lengkap Kim Joon Myeon itu terlihat memeluk Joo Hyeon di depan Min Ho. Sontak hal itu membuat Min Ho merasa seperti dikhianati. Ia mengepalkan tangannya menahan rasa sakit yang berkecamuk di dalam dadanya.

“Apa yang terjadi?” Tanya Joon Myeon.

“Tidak ada apa-apa. Ayo kita pergi!” Jawab Joo Hyeon dengan menarik tangan Joon Myeon pergi dari kliniknya.

Min Ho yang berada di sana tak bisa berbuat apa-apa. Ia tak menyangka jika Joo Hyeon benar-benar akan meninggalkannya. Ia hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini.

.

.

Written By H.ZTao_94

.

.

Malam ini Ji Soo melihat album foto Ayah dan Ibunya di ruang keluarga bersama sang kakek. Tuan Jae Chun menceritakan semuanya pada cucunya itu tentang kisah keluarga mereka. Dan kini Ji Soo memgetahui kisah bagaimana ia bisa terpisah dari keluarganya. Gadis cantik ini tak henti-hentinya menangis setelah mengetahui bahwa Ayah dan Ibunya telah tiada karena sebuah kecelakaan mobil saat ia masih bayi. Harapannya untuk bisa melihat Ayah dan Ibu kandungnya hanya sebuah angan-angan belaka. Kini ia hanya bisa memandang album foto tersebut untuk melepas kerinduannya.

“Aku bersyukur karena kau tumbuh dengan baik.” Ujar Tuan Jae Chun sembari menepuk pundak cucu perempuannya itu.

Hiks… Hiks… Aku bahkan tak bisa memeluk Ayah dan Ibuku hanya untuk beberapa detik saja.” Isak Ji Soo.

“Ji Soo, bagaimana jika besok kita mengunjungi kedua orang tuamu di kuil? Pasti mereka sangat merindukanmu dan ingin melihat putri mereka yang telah tumbuh menjadi sosok gadis yang sangat cantik ini.” Ucap Tuan Jae Chun.

“Iya. Aku juga ingin mengatakan pada Ayah dan Ibu bahwa aku sangat merindukan mereka.” Balas Ji Soo dengan mengusap air matanya.

“Ini sudah malam. Sebaiknya kau istirahat di kamarmu.” Kata Tuan Jae Chun dengan menepuk pundak Ji Soo.

“Baiklah!” Balas Ji Soo sembari melangkah keluar dari ruang keluarga dengan membawa album foto ditangannya. Gadis cantik ini melangkah menuju kamarnya. Namun, langkah kakinya terhenti tatkala ia melihat Min Ho yang hanya diam di balkon seorang diri. Ji Soo bisa melihat wajah sendu Min Ho.

“Ada apa denganya?” Batin Ji Soo penasaran. Ia memutuskan untuk menghampiri lelaki tampan tersebut. Namun, ia tampaknya harus mengurungkan niatnya itu karena Jin Hwan datang menghampirinya.

“Kau akan kemana?” Tanya Jin Hwan.

Eum… Aku… Aku ingin mencari udara segar.” Jawab Ji Soo berbohong.

“Ikut aku!” Balas Jin Hwan dengan menarik tangan Ji Soo menuju taman belakang rumah. Lelaki pemilik baby face ini menyuruh Ji Soo untuk duduk.

“Duduklah! Aku akan segera kembali!” Ujar Jin Hwan.

“Baiklah!” Balas Ji Soo yang hanya mengikuti ucapan lelaki bermarga Kim itu.

Jin Hwan kembali memasuki rumah. Sedangkan Ji Soo memandang area sekitarnya. Dan ia kembali melihat Min Ho yang melamun di balkon. Entah rasa penasaran atau rasa tertarik, Ji Soo merasa bahwa wajah Min Ho saat ini sangat berbeda dengan wajah Min Ho tadi siang yang nampak dingin padanya.

Tak berapa lama, Jin Hwan pun datang dengan membawa sepiring Spaghetti. Lelaki tampan ini duduk disamping Ji Soo dan ikut memandang apa yang saat ini tengah menjadi objek pandangan Ji Soo.

“Apa yang kau lihat?” Tanya Jin Hwan.

Eum… Tidak ada!” Jawab Ji Soo berbohong. Namun, walaupun Ji Soo berbohong, Jin Hwan tetap tahu apa yang dilihat oleh Ji Soo tadi.

“Cobalah! Aku baru saja membuat resep baru.” Ujar Jin Hwan dengan menyodorkan Spaghetti buatannya itu.

“Terima kasih.” Balas Ji Soo seraya melahap makanan pemberian Jin Hwan itu.

“Bagaimana? Apakah enak?” Tanya Jin Hwan.

Daebak! Rasanya sangat luar biasa! Kau benar-benar pandai memasak!” Puji Ji Soo

“Benarkah?” Tanya Jin Hwan memastikan. Ji Soo pun mengangguk sebagai jawabannya. Gadis ini masih terus melahap Spaghetti pemberian Jin Hwan itu.

“Apa ini?” Tanya Jin Hwan dengan menunjuk album foto yang sedari tadi dibawa oleh Ji Soo.

“Ini album foto Ayah dan Ibuku.” Jawab Ji Soo.

“Kau pasti sangat merindukan mereka.” Ujar Jin Hwan.

“Iya. Bahkan aku tak pernah tahu bagaimana rasanya pelukan mereka.” Tambah Ji Soo.

“Aku juga sangat merindukan kedua orang tuaku.” Kata Jin Hwan dengan memandang langit malam yang bertaburan bintang.

“Memangnya dimana kedua orang tuamu saat ini?” Tanya Ji Soo penasaran.

“Mereka berada diluar negeri. Bahkan dihari ulang tahunku, mereka sama sekali tak meneleponku walaupun hanya mengucapkan selamat ulang tahun.” Jelas Jin Hwan.

“Mengapa kau berpisah dengan kedua orang tuamu?” Tanya Ji Soo lagi.

“Mereka ingin aku hidup bahagia tanpa merasa terbebani akan keberadaan mereka. Itu sebabnya, semua hak asuhku atas nama kakek. Kedua orang tuaku merasa bahwa jika mereka jauh dariku, itu akan lebih baik. Bukankah mereka sangat egois?” Ungkap Jin Hwan.

“Aku mengerti bagaimana perasaanmu saat ini. Aku juga merasakan hal yang sama.” Tambah Ji Soo.

“Mengapa kita justru membahas hal yang menyedihkan? Ini membuatku malah ingin menangis.” Jin Hwan berusaha terlihat ceria.

“Spaghetti buatanmu sangat lezat. Kau juga harus mencobanya.” Ji Soo menyodorkan sesendok Spaghetti pada Jin Hwan dan mencoba untuk menyuapi lelaki tampan tersebut. Jin Hwan pun membuka mulutnya.

“Bukankah sangat enak jika dimakan bersama-sama?” Tanya Ji Soo.

“Iya.” Jawab Jin Hwan dengan tersenyum manis memandang Ji Soo.

.

.

Written By H.ZTao_94

.

.

“Mengapa kita juga harus ikut ke tempat ini? Padahal kita tak ada keperluan apapun disini.” Gerutu Jackson dengan berdiri di samping mobil mewahnya.

“Kau benar. Ini namanya pemaksaan.” Tambah Han Sol.

Oh iya, dimana Min Ho? Apakah dia tak ikut?” Tanya Jackson.

“Entahlah! Sepertinya luka lama kembali menganga.” Jawab Han Sol yang terdengar ambigu.

“Apa maksudmu?” Jackson mendekatkan wajahnya di dekat wajah Han Sol.

“Kemarin Min Ho menemui Joo Hyeon di klinik tempat Joo Hyeon bekerja.” Bisik Han Sol di telinga Jackson.

Daebak! Apakah kakek tahu hal ini? Tapi tunggu, dari mana Min Ho mengetahui keberadaan Joo Hyeon?” Tanya Jackson yang semakin penasaran.

“Dariku. Min Ho menyuruhku untuk mencari tahu keberadaan Joo Hyeon. Aku sangat kasihan padanya karena telah dipisahkan dari Joo Hyeon dengan paksa oleh kakek.” Jelas Han Sol.

Wah, pasti kemarin terjadi pertemuan yang sangat mengharukan.” Tambah Jackson.

“Tidak mengharukan sama sekali. Kau tahu, Joo Hyeon sudah memiliki kekasih.” Han Sol kembali berbisik di telinga Jackson.

“Apa?” Jackson terlihat kaget.

“Maaf Tuan Muda, acaranya akan segera dimulai! Tuan Muda harus segera masuk ke kuil.” Ucap Tuan Jang yang tiba-tiba datang menghampiri Jackson dan Han Sol yang tengah sibuk mengobrol itu.

“Baiklah! Kami akan segera masuk!” Balas Jackson seraya melangkah memasuki area kuil bersama Han Sol.

Sesampainya didalam kuil, terlihat Jin Hwan, Ji Soo dan Tuan Jae Chun yang sudah menunggu mereka.

“Dimana Min Ho?” Tanya Tuan Jae Chun.

“Entahlah! Mungkin dia tak datang.” Jawab Jackson.

“Ya sudah, kita akan memulai acaranya tanpa Min Ho.” Ujar Tuan Jae Chun.

Acara berdoa pun dimulai dengan dipimpin oleh para pendeta yang berada di kuil tersebut. Setelah acaranya selesai, mereka pun melanjutkan aktivitasnya seperti biasa.

Tuan Jae Chun dan Ji Soo melangkah berdampingan keluar dari area kuil menuju tempat parkir. Kemudian, diikuti oleh Jackson, Jin Hwan dan Han Sol dibelakangnya. Sesampainya di tempat parkir, Tuan Jae Chun segera memasuki mobilnya. Saat itu juga, tiba-tiba ada sebuah mobil yang baru saja datang. Dari dalam mobil tersebut keluarlah seorang lelaki yang tak lain adalah Min Ho.

“Maaf, aku terlambat.” Ucap Min Ho dengan membungkuk di depan mobil Tuan Jae Chun karena mengetahui bahwa kakeknya berada di dalam mobil.

Yak, kau tak hanya terlambat. Tapi sangat ter-lam-bat.” Jackson terkekeh pelan.

Melihat kedatangan Min Ho, Tuan Jae Chun pun keluar dari mobil. Lelaki tua ini menghampiri cucunya itu.

“Tidak apa-apa kau terlambat. Tapi, bisakah aku meminta tolong padamu?” Tanya Tuan Jae Chun.

“Apa itu?” Balas Min Ho.

“Tolong antar Ji Soo pulang. Aku harus segera bertemu dengan investor dari China bersama Jin Hwan.” Ujar Tuan Jae Chun.

“Mengapa harus aku? Bukankah Jackson dan Han Sol juga bisa melakukannya?” Min Ho tampak berusaha untuk menolak.

“Mereka berdua harus segera berangkat ke kantor karena ada beberapa pekerjaan yang harus mereka selesaikan. Jadi, aku titip Ji Soo padamu.” Kata Tuan Jae Chun yang sepertinya memang memaksa Min Ho harus melakukan apa yang dikatakannya.

“Baiklah!” Jawab Min Ho seraya menggeser posisinya karena mobil Tuan Jae Chun akan segera melaju. Mobil yang ditumpangi oleh Tuan Jae Chun dan Jin Hwan pun melaju meninggalkan Min Ho dan Ji Soo yang masih terdiam disana. Selang beberapa detik, mobil Jackson dan Han Sol pun ikut melaju juga. Kini di tempat tersebut hanya tertinggal Min Ho dan Ji Soo. Tanpa berkata apapun, Min Ho melangkah memasuki mobilnya. Ji Soo masih diam di tempatnya dengan menggerutu.

“Apakah dia tak punya mulut hanya untuk sekedar mengatakan ‘ayo’?” Bisik Ji Soo kesal.

Yak, cepat naik!” Ucap Min Ho setengah berteriak dari dalam mobil.

Mendengar suara Min Ho yang menyuruhnya segera masuk mobil, membuat Ji Soo harus melangkah dan memasuki mobil sport berwarna merah mengkilap itu.

 

– TO BE CONTINUED –

 

Thanks buat yang udah RCL 🙂

Sampai jumpa di chapter berikutnya 🙂