[Ficlet] Hug Me

HUG ME

 

LatifahNL999 (Acu2994) || Cast : Song Mino (Winner) – Cassie Kim (OC) || Hurt – comfort – Friendship || PG12 || Ficlet

.

.

I just own the plot. Mino’s belong to God – Parent – Agency – Fans.

Cassie Kim’s belong to @ivyjung special dedicated for her ♥

.

.

Bahkan seorang Alien seperti Cassie pun butuh pelukan.

.

.

**Hug Me**

Aliran sungai Han sore ini begitu tenang. Sungguh indah pemandangan yang terpampang di hadapan seorang Cassie Kim. Di mana sang matahari sedang bergembira ria, tatkala langitpun memberikan keindahan yang membahagiakan. Ia memandang langit biru yang indah dengan hiasan awan putih yang berarak. Burung-burung bernyanyi riang dan sangat lincah menunggangi udara. Tapi ia menatapnya dengan tatapan kosong. Seperti raga tanpa jiwa.

Ia melihat teriknya matahari yang dengan sangat perlahan terus menurun menuju horizon ufuk barat. Menyuguhkan panorama yang begitu menakjubkan. Sinar matahari yang tengah kembali ke peraduan. Sinarnya yang keemasan tampak semakin mempesona. Suasana saat ini terasa benar-benar menenangkan untuk semua orang. Tapi tidak dengan seorang Cassie.

Cassie Kim. Kenapa gadis itu terlihat murung di hari yang indah ini? Tidak biasanya dia seperti ini. Dia adalah seorang gadis yang terkenal sangat ceria. Bahkan langit tak bergembira pun, tak membuat luntur keceriannya. Lalu, kenapa hari ini dia terlihat menyedihkan?

“Hha,” ia menghela napas panjang sambil merenggangkan tungkainya dengan posisi yang terduduk. Lalu ia menengadahkan kepalanya menatap langit biru yang cerah dan tersenyum getir.

“Ah, Jinjja! Apa hari ini aku benar-benar terlihat menyedihkan?” omelnya kepada langit.

Oh, Cassie Kim! Apa kau ingin dikutuk dewa langit?

“Aku tidak butuh keindahan kalian. Karena itu sama sekali tidak membuat hatiku tenang dengan mudah,” ucapnya dengan pelan. Terdengar nada yang sangat menyedihkan di ujung suaranya.

“Kenapa terasa sesak sekali?” ia memukul-mukul dadanya dengan pelan. Sambil menggerakkan tungkainya dengan gusar. Tanpa diduga-duga dan takkan dipercaya siapapun, gadis bermarga Kim ini menitikkan air mata tanpa terdengar isakan.

“Aish,” ia menyeka liquid bening yang keluar dari ujung matanya dengan cepat, sambil menggumamkan dengan kesal.

“Ya! Siapa yang menyuruhmu keluar? Seumur-umur aku tidak pernah menitikkan airmataku. Bahkan aku terluka berdarah jatuh dari sepedapun, aku tidak pernah menangis. Lalu, kenapa ini?” ia kembali memukul-mukul dadanya dengan pelan.

“Annyeong!”

Cassie mengangkat wajah menoleh ke samping kanan dan melihat sosok Song Mino sudah duduk di sebelahnya dengan senyum lebar.

Plak!

Sebuah pukulan keras menghantam kepala Mino hingga membuat lelaki itu meringis kesakitan.

“Kya! Ada apa denganmu?” teriak Mino kesal ketika Cassie memukul kepalanya tanpa sebab.

“Kenapa kau selalu membuat sahabatmu yang cantik ini menunggu seperti orang bodoh?” ketus Cassie.

Mino masih mengusap-usap kepala bagian belakangnya. “Lama-lama aku bisa gagar otak jika kau terus memukul kepalaku,” omelnya.

Cassie hanya mendecakkan lidahnya lalu mengalihkan pandangannya ke arah sungai Han yang terbentang luas di hadapannya.

“Nah, jadi ada apa kau mengajakku ke sini?” tanya Mino ketika ia sudah menghilangkan rasa kesalnya. “Biasanya suaramu sudah terdengar ke mana-mana dan kau akan selalu tidak bisa diam,”

Cassie tidak menjawab.

“Cass, ada apa denganmu?” tanya Mino lagi. “Heol! Suatu keajaiban dunia. Kau bahkan tidak bersuara. Ada apa?” Mino mencondongkan tubuhnya ke depan agar bisa melihat wajah sahabatnya itu. “Apha?”

Cassie tidak menatap sahabatnya itu. Ia hanya menggeleng pelan dan duduk bersandar. Ia sama sekali belum mengeluarkan suaranya. Ia masih tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Pikirannya kosong, karena hati kecilnya menolak berpikir. Ia menghembus napas beratnya.

“Hanya minta ditemani saja,”

Alis Mino mlengkung sebelah ketika mendengar jawaban Cassie yang begitu, membuat ia susah mengartikannya. Ia memperhatikan wajah sahabatnya itu lekat-lekat. “Sungguh?” selidik Mino.

Cassie mendapatinya tersenyum tipis dan bergumam, “Oh. Pemandangan dari sini sangat menakjubkan., bukan?” tiba-tiba wajahnya berubah murung.

“Katakan padaku ada apa? Jangan bertele-tele dan jangan bermain-main denganku. Ini bukan Cassie yang ku kenal. Ppalijuseyo!!” desak Mino. “Galau, sedih, cemberut bukanlah Cassie Kim, bukan!” lanjutnya.

Cassie menatap kosong ke depan.

“Cass, kau habis menangis?” tebak Mino.

Cassie lagi-lagi memaksakan seulas senyum dan mengelak dari tatapan Mino. “Hanya sedikit. Memangnya tidak boleh?”

“Ye? Hahaha… Kau…menangis? Hahaha Aneh!” seru Mino di sela tawanya dan mendapat tatapan heran dari Cassie. “Aneh saja, seorang Cassie Kim menangis, itu sangat aneh,”

Cassie menarik napas dan menatap Mino dengan kesal. Karena tanpa diproses oleh otak Mino, kata-kata yang baru saja ia lontarkan adalah hinaan bagi Cassie. Memang dia pikir Cassie bukan manusia yang tidak mempunyai airmata?

“Wae? Memang itu yang ku tahu darimu, kau tidak akan sudi untuk mengeluarkan air matamu bahkan itu hanya setetes. Apa ada masalah besar?”

Ini adalah kejadian langkah bagi orang yang mengenali mereka. Akrab, berbicara santai, dan penuh kedamaian. Untunglah jika mereka berada di Sungai Han, karena tidak ada yang mengenali mereka.

Cassie mengangkat sebelah tangannya dan menempelkannya di dada. “Di sini. Sakit sekali, Mino.” ia gagal menghilangkan nada serak dalam suaranya.

Mino tidak mengerti. Sama sekali tidak mengerti. “Siapa yang menyakitimu?” sergah Mino.

Sungguh, baru pertama kali Mino melihat sahabatnya bersikap seperti ini. Dan ia tidak suka apa yang dilihatnya.

“Mino-ya,” Cassie menggandeng tangan Mino dan menyandarkan kepalanya di bahu Mino dan membuat Mino tertegun sekejap. “Ku mohon untuk beberapa jam saja kita seperti ini, damai tanpa adanya perkelahian, aku butuh pelukan yang mendamaikan.”

“Oh? Baiklah,” jawab Mino dengan mantap. Ia malah jadi sangat mengkhawatirkan kondisi Cassie. Ia sama sekali tidak tahu apa yang terjadi dengan gadis itu. Ia akan bertanya nanti.

Sekarang ini ia tahu jelas lebih baik ia menemani gadis itu dari pada membantah ucapan gadis itu. Dan tidak bisa dibohongi, sebetulnya ia juga merasa nyaman dengan keadaan ini. Di mana hubungan persahabatannya dengan Cassie tentram.

“Mino-ya,” panggil Cassie pelan.

“Uhm,” Mino pun ikut menyandarkan kepalanya di kepala Cassie, dan merangkul bahu Cassie. Ia pun menyadari, bahwa seorang Alien seperti Cassie pun butuh pelukan.  Kini  mereka seakan adalah sepasang kekasih.

“Setinggi apapun standar kita tentang calon pasangan, semua akan kalah ketika kita jatuh cinta tanpa alasan, bukan? Apa kau tahu itu?”

Uhm, Mino mengangkat kepalanya dan mengamati wajah gadis itu. Lalu tiba-tiba ia tertawa. “Hahaha~ Apa Cassie Kim sedang jatuh cinta?”

Cassie mengangkat kepalanya dari bahu Mino dan langsung menatap Mino.

“Wae? Apa itu juga aneh bagimu?” tanya Cassie sinis.

“Aniyo,” sahut Mino ketika ia sudah menghentikan tawanya.

“Aku memang jatuh cinta, tapi pria yang ku sukai sudah memiliki kekasih, dan ketika aku mengetahui itu, dadaku benar-benar terasa sakit,” jelasnya tanpa masalah seakan bercerita dengan orang yang tepat.

“Nugu?” tanya Mino.

Cassie menggeleng. “Aku tidak akan mengatakannya lagi padamu, cukup tentang Seokjin aku mengatakannya padamu. Untuk ini tidak akan lagi,” Cassie menggeleng sekali lagi mantap.

Mino menyandarkan tubuhnya dan berceloteh santai. “Jadi bukan karena Seokjin, ku kira Seokjin, kalau bukan Seokjin, siapa?” Mino melengkungkan alis sebelah menunggu jawaban dari Cassie.

“Dia…”

Mino perlahan mencondongkan tubuhnya ke depan dan mengamati gerak-gerik bibir Cassie.

“Dia S–” Cassie langsung mengatup bibirnya.

Hampir, Cassie hampir masuk ke dalam jebakan Mino lagi. Ia menyadari jika itu adalah jebakan Mino.

“S siapa? Huh? Siapa?” desak Mino. “Cepat katakan siapa? Jangan sampai aku mencari tahu itu sendiri! Kau tahu, kan, jika Song Mino sudah penasaran itu akan menjadi bahaya,” Mino lagi-lagi melengkungkan alisnya sebelah.

Plak!

Bukan sebuah jawaban, melainkan sebuah pukulan yang menghantam kepala Mino dengan keras. Mino mengerang keras dan membentak Cassie. Perdamaian itu tidak sampai beberapa jam seperti yang diinginkan Cassie karena sebuah candaan dari Mino. Dan tiba-tiba rasa galaunya pun seakan pergi entah kemana.

“Wae?” Cassie melotot ke arah Mino.

Cahaya matahari yang kemerahan di hadapan mereka kini pun dengan cepat menenggelamkan cahaya mereka he horizon ufuk barat. Karena dunia sudah tahu apa yang akan terjadi ketika Cassie dan Mino kembali membuat pertikaian di antara mereka.

-FIN-

Yeah, Acu kambeeeekkkk, dengan fanfic yg ‘SOK’ pakek diksi dan di buat galau yang berharap berakhir comedy. But, failed 😂

Seperti biasa, judul gak nyambung sama cerita 😆

Absurd is my style, Ivy 😆

Miyane miyane hajima, terkadang, kalo udah buat cerita suka lemot untuk judulnya, 😩

Cassie Kim, I got you. *evilLaugh

Kalo ada yg tau Cassie, pasti langsung nyeletuk //Apa? Cassie galau, Bhaaakkk :v Alien bisa galau juga 😝 // (( Rajam gue, Py, Rajam XD )) inilah kisah nista yang pas untuk seorang Cassie Kim. ‘Syedih – galau’ bhakk :v [[Cassie-ya, neo style aniya!]] 😝😝😝

Di sini aku selipin omjin-nya Cassie, hehe

S? Nugu? Biarlah kita bertiga yang tau, hahaha 😆

Review juseyo~

♥ ㅅ ㅏ ㄹ ㅏ ㅇ ㅎ ㅐ ㅛ ♥

 

♥ A C U ♥

M U A C H 💋