[One Shoot] Sexy Man Who Cook

sexy man who cook

[ONESHOT] Sexy Man Who Cook (SMC)

 

Cast                 : Choi Seung Hyun // Song Min Jae (OC) // Shim Yi Lin (Cameo)

Genre              : Happy Life // Romance

Rating              : 12 / General

Annyeonghaseyo reader­nim, saya kembali setelah lama tidak muncul, ada yang rindu gak? #gak ada #di gaplok.

Hehe, Fanfic ini di tujukan terkhusus untuk Endah Wahyu Fitriani (Song Min Jae), saingan saya untuk  menjadi istri Choi Seung Hyun, tapi saya yakin saya yang bakalan jadi istrinya, Endah enggak #dikarunginsamaEndah.

Judul  fanfic ini terinspirasi oleh kata­kata para member Bigbang waktu mereka di Happy Together 😀 pas GD lagi ngebahas tentang masak gituuh … Saya juga menyarankan jika membaca fanfic ini sambil mendengarkan lagu NS Yoon G ft. Verbal Jint ­­ What Do You Know, soalnya saya juga ngetik ngetik ff ini sambil denger lagu itu hehe #author di lempar batu karna banyak maunya#

Baiklah, tanpa berlama­lama saya mengoceh di sini, saya persilahkan untuk membaca fanfic sederhana ini.

Sebelumnya, saya memohon maaf, jika cerita atau alurnya acak / kesana kemari, dan typo yang berserakan, maklumkan saya sebagai author yang masih lumayan abal­abal ini. Dan saya mohon kritik serta saran apalagi jejak, saya butuh jejak kalian semua reader­nim 😀 hehehe. Terimakasih telah menyempatkan mampir di fanfic ini 😀

 

NB : @Acu ku sayank, maapkan aku merepotkanmu kembali dan terimakasih sudah membuatkan poster dan membantu mengepost ff ini, saranghaeyo Cu :* muah muah

 

 

 

*******SMC********

 

 

“Aku benar-benar ingin memiliki seorang suami yang sangat bisa memasak!” ungkap Min Jae kepada sahabatnya Yi Lin. Yi Lin menatapnya penuh tanya. Terheran mengapa di sela-sela pembicaraan mereka Min Jae malah mengatakan tentang memiliki suami. Namun ia hanya diam tak bertanya pada Min Jae.

 

Tiba-tiba seorang lelaki tampan, lewat di depan mereka dan Min Jae terpaku menatap lelaki itu. Lelaki tampan itu mengenakan pakaian putih bersih, ia adalah seorang Chef. Sedang menuju dapur dari restoran terkenal itu.

“Yi Lin­ah, lihat lelaki itu, bagaimana cara mendapatkannya?” tanya Min Jae penuh semangat.

 

Molla Jae. Seandainya saja kau bisa berkenalan dengannya, kau menjadi karyawati di sini. Tapi aku yakin, Ibumu tak akan pernah menyetujui hal itu, bagaimana bisa seorang dokter bekerja di sebuah restoran?” Yi Lin menjawab pertanyaan Min Jae.

 

Min Jae kehilangan semangat. Ya benar, ibunya tak akan pernah membiarkannya untuk melakukan hal seperti itu. Tapi Min Jae semakin memikirkan ide yang diungkapkan Yi Lin kepadanya.

 

 

***

 

Hari ini Min Jae akan di interview di restoran tempat koki tampan yang tak sengaja dilihatnya. Ia nekat melamar pekerjaan menjadi karyawati di restoran itu.

Ia tak memberitahu siapapun tentang hal ini. Ia akan berada di klinik saat benar benar ada pasien yang membutuhkannya.

Min Jae memasuki ruang interview. Untuk wanita sekelas Min Jae, bisa saja dia membeli restoran itu. Hanya saja, dia sudah sangat menginginkan menjadi seorang dokter. Min Jae memandang sekeliling ruangan. Tata ruang yang rapi, warna yang tidak mencolok, dan terdapat beberapa tanaman indah di sana. Tanaman? Bukankah di sebuah ruangan tak boleh memasukkan tanaman hidup? Min Jae bertanya dalam hati. Ia memperhatikan jendela, ada sebuah jendela yang mengarah ke sebuah tempat. Penasaran lalu ia berjalan kearah jendela. Ia mendapati pemandangan indah yang tersembunyi di balik jendela itu. Sebuah taman penuh dengan mawar.

 

“Maaf, anda siapa?” sebuah suara mengagetkan Min Jae. Min Jae  mengambil posisi berdiri tegap seperti seseorang yang tertangkap basah melakukan suatu kesalahan. Ia memandangi lelaki yang berada di hadapannya.

Neomu jweisonghamnida. Naneun Song Min Jae, melamar menjadi seorang karyawati di restoran anda, Tuan,” ucapan Min Jae membuat lelaki itu memandanginya.

 

Eoh? Aku adalah pemilik restoran ini, Choi Seung Hyun. Merangkap sebagai seorang Chef. Yah, sebenarnya sangat menyukai memasak. Tapi, sepertinya kau terlalu cantik untuk menjadi pelayan di restoran kami,” ungkap Seung Hyun santai, lalu ia duduk, mengambil lamaran kerja Min Jae yang ia perhatikan semalam.

Seung Hyun mempersilahkan Min Jae duduk di hadapannya. Min Jae menatap wajah Seung Hyun sambil tersenyum sumringah. Seung Hyun yang menyadari hal itu, hanya tersenyum dalam hati, merasa bahwa ketampanannya memang mampu meluluhkan hati wanita.

“Emh, apa kau benar-benar belum pernah bekerja sebelumny, nona Min Jae?” tanya Seung Hyun penasaran.

 

“Ya Tuan,” jawab Min Jae singkat, masih dengan senyumnya yang begitu bahagia bisa berhadapan dengan seorang Chef tampan dan berkharisma seperti Seung Hyun.

“Apa kau mau bekerja sebagai pelayan di sini? Dan sebagai tukang bersih-bersih ketika restoran ini akan tutup?”

“Iya Tuan, saya sungguh siap bekerja di sini,” Min Jae dengan semangat menjawab pertanyaan Seung Hyun.

“Baiklah, kau boleh bekerja besok,”

 

Min Jae menahan ledakan besar di hatinya. Ia sangat senang di terima bekerja di restoran itu. Min Jae segera memberitahu Yi Lin bahwa ia akan mulai bekerja di restoran sebagai pelayan, dan meminta Yi Lin merahasiakan hal itu dari keluarga Min Jae.

 

***

 

 

Pagi baru…

 

Min Jae memasuki restoran yang masih sepi itu, ia melihat beberapa karyawati merapikan meja dan kursi. Ia tersenyum menyapa mereka. Min Jae adalah orang yang ramah, sehingga ia mudah beradaptasi dengan lingkungan baru. Ia bertanya sistem kerja di restoran tersebut.

Setelah beberapa menit bercengkrama dengan para karyawati di sana, Min Jae melihat Seung Hyun masuk ke dalam restoran, berjalan dengan tegap dan berwibawa ke arah Min Jae, namun Seung Hyun sama sekali tak tersenyum.

“Perhatian, ini adalah Song Min Jae. Ia akan menjadi karyawati baru, sebagai pelayan. Ia akan butuh bantuan kalian. Min Jae-ssi, selamat bekerja,” Seung Hyun menyapa seluruh karyawan dan memperkenalkan Min Jae secara resmi kemudian bersalaman dengan Min Jae.

 

 

Min Jae memulai pekerjaannya hari ini dengan semangat, ia banyak bertanya kepada teman teman sekerjanya. Namun ia juga mengkhawatirkan keadaan klinik. Sebenarnya ia sudah menitipkan klinik kepada Yi Lin, tapi tetap saja ia masih merasa khawatir.

 

 

***

 

 

Seminggu sudah Min Jae menjadi karyawati di restoran. Ia menjalani hari harinya dengan semangat, dan malam hari ia ke klinik. Ia cukup lelah karena harus melaksanakan dua pekerjaan dalam sehari. Yi Lin sebagai sahabatnya tetap menyemangati.

 

 

“Min Jae-ssi, bisakah menolong Chef sebentar? Seorang asisten sedang sakit dan beristirahat di ruangan Chef,” ucap seorang teman Min Jae buru-buru. Min Jae segera pergi ke dapur untuk membantu Seung Hyun.

“Min Jae-yaa, ppalli juseyo,” Seung Hyun terlihat sangat sibuk dan segera meminta pertolongan Min Jae. Min Jae dengan senang dan semangat membantu Seung Hyun, dalam hatinya membuncah perasaan kagum akan karisma Seung Hyun, lelaki tampan namun memiliki kemampuan memasak luar biasa. Min Jae memperhatikan tiap gerakan Seung Hyun dengan seksama.

 

Akhirnya malam tiba, hari yang sibuk sebagai asisten chef telah berlalu. Seung Hyun mengambil istirahat sebentar di dapurnya, ia meminum segelas teh hangat, sementara Min Jae membersihkan peralatan masak yang telah mereka gunakan. Hanya beberapa karyawan yang tersisa di sana, dan segera juga akan pulang. Min Jae lelah, tapi ia tetap berusaha bekerja dengan baik.

“Min Jae-ssi, aku lupa, apa kau sudah makan?” tanya Seung Hyun tiba-tiba. Min Jae hanya menggeleng pertanda ia belum makan. Seung Hyun kaget.

Aishh, mengapa kau tidak mengatakan padaku? Aku tidak ingin menjadi atasan yang egois,” rutuk Seung Hyun dengan wajah sedikit kesal.

 

“Aku sama sekali belum merasa lapar Tuan,” jawab Min Jae sedikit sungkan kepada Seung Hyun.

 

 

Seung Hyun tiba-tiba mengambil bahan-bahan memasak, ia segera memasak sebuah menu yang telihat lezat. Sementara Min Jae memperhatikan Seung Hyun yang benar sangat tampan, perutnya berbunyi keras, pertanda ia lapar.

“Kau benar lapar bukan?” tanya Seung Hyun sambil tersenyum meledek Min Jae. Min Jae menahan malu, namun wajahnya segera memerah.

 

Makanan lezat itu telah di sajikan oleh chef handal di hadapan Min Jae. Sebenarnya ia sangat sungkan untuk memakan masakan lelaki tampan yang berada di hadapannya itu, ia ingin sekali mengoleksi makanan itu dan membawanya pulang untuk menjadi kenangan bahwa hari ini seorang yang ia sukai memasak untuknya.

 

“Silahkan dimakan Min Jae-ssi, maaf aku tidak mengingat asisten ku sudah makan atau belum,” ucap Seung Hyun sambil tersenyum lebar. Seketika hati Min Jae berteriak senang dan ia ingin bersorak girang karena Seung Hyun akhirnya tersenyum di hadapannya.

“Apa kau bisa pulang sendiri nanti? Ini sudah terlalu malam,” Tanya Seung Hyun di sela keheningan, karena Min Jae sama sekali tidak berbicara ketika makan.

“Aku naik bus saja, sudah terbiasa,” jawab Min Jae sambil tersenyum riang.

“Mau ku antar?”

Min Jae terkejut, ia tertergun menterjemahkan kata-kata Seung Hyun, ia ingin menolak tetapi hatinya berlawanan dengan pikirannya.

 

“Boleh kalau Tuan tidak merasa keberatan,” jawab Min Jae.

Setelah mereka makan, Seung Hyun mempersilahkan Min Jae untuk masuk ke mobilnya. Dalam perjalanan, Min Jae memberi petunjuk arah sambil tersenyum menatap ketampanan Seung Hyun. Min Jae benar-benar seperti tersihir oleh karisma Seung Hyun. Mereka juga sesekali bercanda.

 

 

***

 

 

Setelah beberapa lama akhirnya Seung Hyun memilih Min Jae sebagai asistennya yang baru. Seung Hyun merasa pekerjaan Min Jae sangat baik, ia menghargai hasil kerja Min Jae. Min Jae senang menjadi asisten Seung Hyun. Tetapi Min Jae mulai mengalami dilema, ia benar-benar kehabisan waktu mengurus klinik. Yi Lin juga sudah berusaha semaksimal mungkin membantu Min Jae.

 

Setiap Min Jae selesai bekerja, ia pasti di beri sesuatu menu baru buatan Seung Hyun, hal itu membuat Min Jae merasa spesial.

Suatu malam, ketika Min Jae sedang bersiap untuk pulang, ia ingin bertanya pada Seung Hyun tentang kehidupan pribadinya, Min Jae tau itu sedikit mengganggu, tapii Min Jae tidak mau jika usaha yang telah ia lakukan menjadi sia-sia.

Min Jae duduk di sebelah Seung Hyun yang sedang mengemudi mobil. Ia menatap Seung Hyun sejenak.

Wae gurae Min Jae-ssi? Apa aku terlalu tampan sehingga kau terpukau?” ternyata Seung Hyun menyadari bahwa Min Jae sedang memperhatikannya, Seung Hyun tersenyum jahil. Wajah Min Jae memerah, ia mengakui dalam hati bahwa ketampanan Seung Hyun memang luar biasa.

 

Keadaan hening, Min Jae menahan beribu pertanyaan di dalam kepalanya.

“Min Jae-ssi, apa kau sudah memiliki kekasih?” Seung Hyun membuka pembicaraan. Min Jae terdiam, sepertinya Seung Hyun mampu membaca pikirannya.

“Belum Tuan, bagaimana dengan Tuan?” Min Jae memberanikan dirinya bertanya kembali kepada Seung Hyun. Min Jae mengharapkan jawaban “belum” juga darii Seung Hyun.

“Aku sudah di jodohkan oleh orangtua ku,” jawab Seung Hyun santai namun wajahnya seakan khawatir akan tanggapan Min Jae. Dada Min Jae menjadi sesak, seakan kehabisan oksigen. Ia memastikan bahwa kata-kata Seung Hyun itu nyata.

 

“Emmh, apa Tuan setuju dengan perjodohan itu?” Tanya Min Jae sangat penasaran. Seung Hyun tidak menarik nafas panjang.

“Sesungguhnya aku sama sekali belum pernah bertemu gadis itu, aku belum tau apa aku bisa menyukainya atau tidak. Ah, aku menyesali persetujuan itu sekarang, karna aku tiba-tiba menyukai seseorang,”

 

Keadaan tetap hening. Min Jae merasa gagal, sedangkan Seung Hyun masih menyetir dengan tatapan lurus ke depan.

“Min Jae-ssi, sebenarnya aku menyukaimu, tapi mungkin perasaanku tidak akan ku teruskan, aku tidak mau mengambil resiko untuk membatalkan perjodohan itu,” Seung Hyun tetap menatap lurus ke depan, tidak sedikitpun ia menatap Min Jae, ia menahan sesuatu dari hatinya.

 

Min Jae sedang memperkuat pertahanan hatinya. Ia sangat merasa senang mendengar pernyataan Seung Hyun yang menyukainya, padahal Min Jae berencana mengatakannya malam itu juga, dan dalam waktu yang sama, Min Jae pun merasa sangat sedih, karena perasaan Seung Hyun itu harus ia hentikan. Ia menyesall mendengar semua nya malam itu.

 

 

***

 

 

“Yi Lin­aa, aku akan berhenti dari restoran itu segera. Kau bertahanlah bekerja beberapa saat lagi di klinik, arra?” ucap Min Jae yang menghubungi Yi Lin.

 

Wae gurae?”

 

“Chef tampan itu ternyata sudah di jodohkan oleh orangtuanya, aku tidak bisa merebutnya, karena ia pun tak mau membatalkan perjodohan itu,” Min Jae terdengar lesu.

 

***

 

 

Beberapa hari Min Jae melanjutkan pekerjaannya bersama Seung Hyun. Mereka tidak saling ramah seperti sebelum pernyataan Seung Hyun beberapa hari lalu. Min Jae tetap bekerja dengan baik. Ia sudah menyiapkan surat pengunduran dirinya dan akan segera di berikannya kepada sang pemilik restoran, Seung Hyun.

 

 

Malam itu, adalah malam terakhir Seung Hyun memasak untuk Min Jae. Min Jae menatap Seung Hyun sepuasnya. Ia sama sekali belum menyerahkan surat pengunduran dirinya. Ia ingin melepaskan perasaan yang ia miliki pada Seung Hyun, sebisa mungkin ia terlihat tegar, namun sesungguhnya ia sangat menginginkan Seung Hyun menjadi kekasihnya. Min Jae tak berdaya.

 

 

Makanan lezat telah tersaji, seperti biasa, Seung Hyun tidak makan dan hanya menatap Min Jae memakan masakannya. Min Jae duduk berhadapan dengan Seung Hyun. Ia mulai memakan menu malam itu, ia sangat menyukai masakan itu. Keadaan hening.

 

“Tuan, aku ingin mengundurkan diri, aku minta maaf harus mengatakannya malam seperti ini. Tapi aku ingin memakan masakan Tuan terlebih dahulu sebelum aku berhenti bekerja,” Min Jae memberi surat pengunduran dirinya, dan ia tetap mengunyah makanannya.

 

Seung Hyun tidak membuka amplop yang diberikan oleh Min Jae tersebut. Ia menatap sekeliling ruangan dapur, ia menatap peralatan masak, dan terakhir, ia menatap wanita di hadapannya yang benar-benar membuatnya seperti terbeban malam ini.

 

Setelah selesai makan, Min Jae merasa sangat sedih tapi ia berusaha tersenyum, walaupun sangat sulit. Ia dan Seung Hyun bertatapan cukup lama. Seung Hyun seperti mengatakan sesuatu lewat tatapannya, tapi Min Jae tak mengerti.

“Tidak bisakah kau tetap berada di sini? Kau adalah wanita yang pertama kali ku biarkan memakan masakanku setiap malamnya, kau adalah wanita yang pertama kali ku biarkan bekerja menjadi asisten di dapurku, karena sebelumnya aku tak menyukai bekerja bersama seorang wanita,” Seung Hyun mengatakan perasaannya. Min Jae tak mampu berkata­kata. Ia menahan air matanya.

 

“Tidak Tuan, aku takut perasaanku semakin lama semakin membuatku menginginkan Tuan, neomu jweisonghamnida,” Min Jae mengulurkan tangan kanannya kepada Seung Hyun, bertujuan bersalaman dengan Seung Hyun pertanda akhir dari bagian pekerjaan mereka, dan juga perasaan mereka. Seung Hyun menatap Min Jae lama, ia tak langsung bersalaman dengan Min Jae.

 

“Tuan, aku tidak ingin kita berdua menderita menahan perasaan kita di tempat ini, nae maeumdo apha,”

Seung Hyun akhirnya mengulurkan tangannya. Ia sama sekali tak tersenyum. Tangannya dan Min Jae bersentuhan, selama beberapa menit. Min Jae menarik tangannya perlahan dan bangkit dari tempat duduknya. Ia membungkuk memberi salam terakhir kepada Seung Hyun, ia menangis, air matanya jatuh dan Seung Hyun melihatnya. Ia melangkah pergi dari tempat penuh kenangan tentangnya dan Seung Hyun, chef tampan yang benar ia sukai sejak pertama melihatnya.

Min Jae menaiki bus, ia menyeka air matanya, namun buliran air mata itu tetap saja keluar dari matanya. Ia menyukai Seung Hyun, sangat.

 

 

***

 

 

Klinik, tempat Min Jae bekerja…

 

Min Jae akhirnya melihat lagi klinik itu, ia tidak terlalu bersemangat pagi ini. Ia akan kembali pada kegiatannya seperti sebelumnya. Menyapa para perawat, dan memeriksa beberapa pasien yang sudah menginap di klinik itu. Yi Lin datang dan memeluknya pagi itu, mereka mengobrol beberapa saat di ruangan kerja Min Jae.

 

“Sudahlah, kau berbahagialah Min Jae, aku yakin kau akan mendapatkan yang terbaik,” Yi Lin menyemangati. Min Jae tetap beku dengan posisi lesu nya.

Aiisssh, kau ini. Seorang dokter yang bisa membantu mengobati penyakit orang lain, namun tak mampu mengobati penyakitnya sendiri…” Yi Lin menggelengkan kepalanya.

 

 

Restoran, tempat Seung Hyun bekerja…

 

Di ruangan kerjanya, Seung Hyun masih saja duduk. Ia tak terlalu bersemangat untuk memasak hari ini. Ia membuka surat pengunduran diri yang semalam di berikan oleh Min Jae. Ia terkejut setelah melihat isi surat itu.

 

 

Dear Tuan Seung Hyun…

Ini memang bukan surat pengunduran diriku, ini surat pernyataan perasaanku.

Sesungguhnya, aku sudah menyukai Tuan sejak awal melihat Tuan lewat di hadapanku, saat aku pertama kali menginjakkan kaki ku di restoran milik Tuan.

Aku menyukai Tuan, tapi tidak pernah terungkap dari diriku, maafkan aku Tuan. Aku ingin mengenal Tuan terlebih dahulu. Dan semakin aku mengenal Tuan, semakin aku menyukai Tuan. Aku hanya bisa tersenyum untuk saat ini, aku tau ini sangat menyakitkanku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, karena Tuan juga tidak ingin berbuat apa­apa untuk perasaan kita. aku sangat senang setelah tau bahwa ternyata Tuan juga menyukaiku. Aku rasa sudah cukup untuk mengingat itu. Aku bersyukur bertemu dengan Tuan, karena aku bisa merasakan makanan berbeda tiap malam. Terimakasih untuk setiap menu masakan yang Tuan hidangkan. Aku mengingat semuanya, akan ku simpan sebagai kenangan. Terimakasih Tuan selalu mengantarku pulang, aku merasa aman. Aku senang sempat mengenal Tuan. Perasaan kita berakhir bahkan sebelum kita memulai apapun.

 

 

Seung Hyun menutup surat itu, ia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Merasa sangat menyesal tidak berbuat apa-apa untuk Min Jae, untuk seseorang yang ia sukai dan juga menyukainya. Nae maeumdo neomu apha, Min Jae­ssi.. gumam Seung Hyun.

 

 

 

***

 

 

Satu bulan sudah Min Jae berusaha melupakan Seung Hyun. Ia tidak pernah sekalipun ke restoran Seung Hyun. Seung Hyun pun tak pernah menghubunginya. Min Jae yang sedang menonton televisi di ruang kamarnya, di datangi oleh ibunya. Ia menoleh lesu.

“Min Jae-yaa, sudah lama kami tidak melihat keceriaanmu. Apa yang terjadi padamu sayang?” tanya ibunya kepadanya.

Nan gwenchana, eomma,”

“Baiklah. Begini, lusa nanti, maukah bertemu keluarga teman ayah dan ibu? Makan malam bersama,”

“Emh? Aku sedang tidak bersemangat untuk keluar ibuuu, jebal mianhae…”

“Ibu ingin memperkenalkanmu dengan seseorang Min Jae­yaa… Ayahmu sudah memilihkan seseorang pria mapan untukmu,”

“Benarkah? Aku sedang tidak ingin melakukan pertemuan apalagi untuk perjodohan Ibu, ayolaaah… tolong jangan paksa aku, Bu,” ungkap Min Jae memohon.

 

 

***

 

 

Min Jae dan kedua orangtua nya menuju tempat pertemuan yang sudah di janjikan. Meski Min Jae sudah menolak keras, ada saja yang Ibu dan Ayahnya lakukan untuk membuatnya menyetujui. Min Jae di dandani dengan cantik oleh Ibunya.

Restoran yang sangat mewah, yang jarang sekali menjadi tujuannya jika ia ingin makan malam, akhirnya ia datangi bersama kedua orangtuanya. Min Jae berjalan perlahan menuju ruangan yang sudah di janjikan, langkahnya semakin melambat. Ia melihat kedua orangtuanya bertemu dengan orangtua lain, tanpa anaknya. Dia melangkah tak berdaya. Menyapa dengan sopan dan berkenalan dengan teman Ayahnya.

“Wah, putri kalian sangat cantik sekali,”

Ungkapan itu terdengar sangat biasa oleh Min Jae, ia hanya tersenyum, namun hatinya tidak.

“Oh ya, anak ku akan sedikit terlambat, ia sedang menyelesaikan beberapa pekerjaannya,”

Tiga puluh menit berlalu, dengan perbincangan orang tua. Min Jae hanya terdiam kesal. Ia tak pernah di buat menunggu selama itu. Ia ingin sekali pulang, tetapi ia takut di anggap tak sopan oleh orangtuanya. Ia memilih pergi ke toilet, hanya untuk alasannya, padahal ia berkeliling restoran itu sejenak. Ia menenangkan pikirannya. Ia tak menyangka bahwa ia akan sama seperti Seung Hyun, di jodohkan. Dan ia sebenarnya belum menolak perjodohan itu. Tapi belum juga menyetujuinya. Min Jae menarik napas panjang, ia sedikit mengerti perasaan Seung Hyun sekarang. Orangtua adalah alasan kuat pertama untuk mereka tidak menolak perjodohan itu. Setelah Min Jae puas menenangkan pikirannya, ia kembali.

Min Jae berjalan, melihat meja tempatnya duduk, yang tadinya hanya empat orang, sekarang menjadi lima orang, ia tau, pria yang di sebutkan oleh Ayah dan Ibunya telah datang. Ia melihat pria itu dari belakang, ia merasa sedikit kesal, karna lelaki itu ia harus menahan laparnya.

Ibu dan Ayahnya sudah tersenyum menyambutnya. Ia berjalan menunduk. Setelah duduk, ia baru melihat lelaki yang duduk tepat berhadapan dengannya. Ia merasa terkejut, sangat terkejut. Ia tak mampu berkata apapun. Ia mengingat lagi perkataan ibunya, ketika mengajak bertemu dengan keluarga… CHOI… oh tidak, Min Jae seakan ingin melompat memeluk ibunya, bahagia untuk keadaan ini. Pria di hadapannya tersenyum sangat sumringah, mengingatkannya pada saat dimana pria itu memasak sebuah menu untuknya dan menghidangkannya sambil tersenyum.

Oraenmaniya, Min Jae-ssi,” ucap Seung Hyun masih dengan senyum yang benar benar membuat hati Min Jae terpusat padanya. Orangtua Min Jae dan Seung Hyun terkejut, ketika Seung Hyun meyapa Min Jae.

Seung Hyun memperkenalkan dirinya secara resmi kepada keluarga Min Jae. Kedua keluarga itu tampak senang, dan memulai acara makan malam mereka. Selesai makan, Seung Hyun mengajak Min Jae berjalan di sekitar restoran itu. Min Jae menyetujuinya.

“Min Jae­ssi, aku tidak tau bahwa kau seorang dokter. Mengapa memilih bekerja di tempatku?” tanya Seung Hyun penasaran setelah mengetahui bahwa sebenarnya Min Jae berprofesi sebagai dokter dari orangtua Min Jae.

“Aku ingin mengenalmu Tuan, karna aku menyukai Tuan sejak awal melihat Tuan,” jawab Min Jae tersenyum malu. Di tengah perjalanan mereka, Seung Hyun berhenti dan mengulurkan tangannya. Min Jae belum membalas uluran tangan Seung Hyun, ia tak mengerti maksud dari Seung Hyun.

“Kau akan tetap berada di sisiku kan? Kita akan tetap bersama kan setelah ini?” ucap Seung Hyun. Min Jae akhirnya mengulurkan tangannya, mereka tersenyum. Tiba-tiba Seung Hyun menarik Min Jae kedalam pelukannya. Jantung Min Jae berdegup kencang.

“Jadilah dokter yang baik, dan ketika kau selesai bekerja, datanglah ke restoran, aku akan memasak untukmu. Dan jangan panggil aku Tuan lagi, panggil aku Chagy,” Seung Hyun mempererat pelukannya. Min Jae akhirnya membalas pelukan Seung Hyun.

“Aku sungguh ingin memelukmu Min Jae, tapi aku menahan diriku, tak ingin menyakiti perasaanmu… Tapi sekarang aku bersyukur, tidak menolak perjodohan itu. Bagaimana jadinya jika aku menolak di jodohkan dengan mu?”

Neorul jhoayo, Seung Hyun­ssi,”

Nado, neomu jhoa,”

Akhirnya Seung Hyun dan Min Jae memulai hubungan mereka sebagai pasangan kekasih yang saling menyayangi.

 

*************END**************

5 thoughts on “[One Shoot] Sexy Man Who Cook

  1. Yi Lin masih hidup? (lalu disodok Eli)

    ku baca ini kayak kepikiran pasta, memang beda banget sih alurnya, cuma aku membayangkan Seunghyun itu chef d pasta itu.

    Well, happy ending! Waktu baca Seunghyun mau dijodohin, sempat kepikiran sih pasti s Min Jae calonnya. Hahahaha…

    Good Job, @ezraelisabetvip ! Walau sedikit shock karena Eli kali ini mengalah menulis cerita bukan tentang Yi Lin-Seunghyun, Eli keren!! 😀

    kutunggu kisah yang lain ya.
    Hayo mana Yi Lin-Mino-nya? Masa Yi Lin mau aja ditilep Hana?? [ngompor mode on]

    Liked by 1 person

Leave a comment