[LET ME BE A HERO] Retrouvailles

PicsArt_1439220916975

Written by Putri Pucuk and Heerara

 WINNER SONG MINO

and

BIGBANG KWON JIYONG

 Action, Family, Sad || Vignette (1000+ words) || PG-13

“Orang bilang darah lebih kental daripada air. Tapi mereka salah. Menurutku, kenangan jauh lebih kental daripada darah”

—Song Mino

Italic for flashback

***

“Kwon Jiyong… Aku rasa kau pernah mendengar nama itu, Song Mino.”

Mino membeku di tempatnya.

Pistol HS2000 itu tergenggam dengan erat dan pasti di sela jari-jari kokohnya. Hanya jari telunjuknya saja yang menjadi penentu saat ini. Dalam satu tarikan saja, kepala lelaki yang ada di hadapannya itu akan tertembus timah panas- sakit dan tak bernyawa. Oh! Jangan ragukan kemampuan Mino dalam hal tembak menembak. Lelaki itu bahkan kelewat akurat dalam setiap bidikannya juga cetakan dan cerdas untuk setiap misi yang di embannya. Hingga menjadikannya pemimpin di badan intelijen Korea saat ini.

Tapi situasi ini lain. Situasi ini berbeda. Tidak akan pernah yang menginginkan situasi dan kenyataan terkutuk seperti ini. Sangat jauh dari apa yang di harapkan Song Mino sendiri, berharap bahwa semua yang terjadi yang dihadapinya kini hanyalah ilusi semata yang berupaya untuk mematikannya.

Sangat mematikan.

“Apa kau tidak mengingatku, Mino-yaa?”

Pertanyaan itu keluar dengan pelan dari bibir Jiyong yang mengalirkan likuid merah, sedikit terbata menyisakan luka atas perbuatannya sendiri. Helaan nafasnya perlahan teratur sekarang setelah tadinya memburu akibat aksi kejar-kejaran yang terjadi antara dirinya dan aparat pemerintah itu.

“Siapa kau sebenarnya?” Mino menggertakkan giginya, merasa panas karena seseorang telah mengingatkannya akan memori yang sebenarnya entah mengapa ingin di kuburnya dalam-dalam.

“Aku adalah Kwon Jiyong, Mino-yaa. Kuharap kau juga tidak lupa akan rumah nyaman kita di Busan, juga ibu dan saudara kita yang lain.”

Setiap kata itu terucap bagaikan sihir bagi Mino. Membuat lelaki berusia 24 tahun itu kembali membungkam. Menimbulkan tanda tanya bagi 5 anak buahnya yang berada di belakangnya.

“Ingatkan aku soal kenangan kita dulu jika kau benar-benar Jiyong hyung.”

Jiyong tersenyum di dalam heningnya. “Ingat dengan pertemuan pertama kita, Mino-yaa?”

***

Ketika itu Jiyong berumur 9 tahun bertemu dengan Mino berumur 7 tahun yang bergabung dengan keluarga kecil mereka. Jiyong tahu bahwa mereka tidak akan pernah berteman karena itulah sifat Jiyong. Bocah itu sulit berbaur dan berteman, menjadikan kesendirian sebagai zona nyamannya sendiri. Dan lagi, ia tidak suka dengan orang berisik seperti Mino.

Perbedaan itu kian terasa ketika mereka memasuki sekolah dasar. Ada jurang pemisah antara keduanya di mana kenyataannya bahwa mereka saling memperhatikan dalam diam untuk setiap masing-masing. Jiyong menyukai kimia, Mino menyukai olahraga. Jiyong menyukai serangga, Mino sangat membencinya. Jiyong penurut, Mino termasuk tipe bocah pembangkang.

Namun dinding hitam di antara mereka retak ketika keduanya bertemu di ruang musik sekolah. Saat itu Jiyong kecil berumur 12 tahun tengah bermain piano berteman dengan kesendiriannya, tanpa menyadari ada seseorang yang bersembunyi di dalam lemari penyimpanan seruling dan harmonika. Mino terjatuh –beserta dengan belasan seruling dan harmonika- ketika menikmati alunan jemari Jiyong yang beradu di antara tuts piano. Keduanya terdiam dan saling melempar pandang hingga akhirnya Mino tertawa untuk mengisi keheningan yang menelusup di antara mereka.

Entah apa yang terjadi tapi untuk pertama kalinya Jiyong tertawa lepas seumur hidupnya.

***

Mino mendengus. Bibirnya spontan membentuk sebuah kurva indah di wajah tampannya. Menikmati sekelebat memori indah yang terlintas begitu saja di dalam kepalanya itu.

“Itu hanya pertemuan tidak berarti. Dan bukan berarti bahwa kau adalah Jiyong hyung yang dulu. Jangan bercanda!” Mino berteriak marah, menyisakan sukma kepahitan berbalut kabut tipis di antara helaan nafas yang ia hela. Ia mendorong tubuh Jiyong yang kelelahan itu dan menyentaknya berkali-kali. Moncong pistol itu semakin di tekannya, menimbulkan ringisan kecil dari Jiyong.

Memori memang tak pernah gagal membuat seorang Song Mino terbawa sarat emosi. Penuh kenangan membahagiakan yang terkukung duri perih.

Jiyong menghela nafas, melirik Mino dari ujung obsidiannya. “Lalu bagaimana dengan perahu kertas? Aku rasa kau tahu mengingat saat kita kecil kau adalah bocah bodoh yang penuh semangat.”

***

Membuat perahu kertas adalah salah satu kegiatan paling di sukai oleh Jiyong dan Mino. Masing-masing dari mereka akan berlomba membuat perahu karton paling besar kemudian menghiasinya, membuatnya menarik melebihi kapal mahal sekalipun yang ada di dunia. Jiyong dengan kapalnya yang gagah dan Mino dengan kapalnya yang penuh pernak-pernik yang di anggapnya penting.

Lalu kedua bocah itu pergi ke sungai kecil— yang juga menjadi sumber air bagi kehidupan panti asuhan mereka. Jiyong dan Mino akan melepaskan kapal-kapal gagah itu ke permukaan air, membiarkannya pergi dengan harapan dan mimpi mereka yang tertulis.

“Kapal itu akan singgah di pelabuhan-pelabuhan besar!” Mino berseru senang, melempar pandangan kagum pada kapal-kapal mereka yang semakin menghilang dalam manik kelabu mereka, menghilang bersama sang sinar yang perlahan meredup.

“Jangan bodoh, Mino. Kapal-kapal itu juga akan tenggelam sekitar 10 menit lagi. Mereka hanyalah kertas.”

Mino cemberut ke arah Jiyong dan menatap lelaki itu kelewat sebal. Merengut atas kata-kata Jiyong yang seakan mematahkan semangatnya.

***

Mino kembali membeku di tempatnya. Kinerja pemompa darah miliknya bekerja dua kali lebih cepat menghadapi kenyataan yang sepertinya tidak akan pernah di maafkan.

“Jadi.. Kau benar-benar Jiyong hyung?” Mino bertanya dengan nada pelan, berusaha menetralisir segala perasaan yang bergejolak di dadanya.

“Aku sudah membuktikannya padamu.” jawab Jiyong seadanya tanpa peduli apa yang akan terjadi selanjutnya. Lagipula, pertemuan setelah sekian lama ini memang di harapkan Jiyong sendiri, bagaimana pun situasinya.

“Kau adalah bandar narkoba incaranku selama setahun belakangan ini, hyung. Dan aku tidak menyangka jika Kwon Jiyong targetku merupakan hyung yang aku kagumi dulu..”

Mino menunduk, menyembunyikan wajahnya yang terlihat mendung kala Jiyong membisu di tempatnya.

***

Ada beberapa hal yang tidak bisa di tentang oleh manusia.

Perpisahan.

Itu adalah salah satu hal yang paling dibenci dimuka bumi ini. Baik pengunaan maupun kenyataannya.

Jiyong berdiri sendiri dengan dalam toga, jubah dan surat kelulusannya. Hanya sendiri saja hingga ia melihat Mino, adiknya, tertawa bersama temannya yang lain. Membuat Jiyong semakin membulatkan tekad untuk pergi mencari hidupnya.

Jiyong pergi pada musim gugur abu-abu itu.

Tanpa kata teruntai sedikitpun.

***

“Komandan Song! Cepat tembak dia!!”

Salah satu anak buah Mino berteriak nyalang, membuat Mino semakin gentar di tempatnya dan mempererat cengkramannya pada pistol itu. Takut jika ia sampai melakukan kesalahan fatal yang tidak akan di ampuninya seumur hidup.

Mino menarik kembali pistol yang mengacung itu lalu menyimpannya kembali di pinggangnya. Air wajahnya terlihat biasa, seakan tidak menunjukkan tidak akan terjadi apa-apa. “Borgol tangannya dan serahkan dia ke pihak kepolisian untuk kelanjutan kasus ini.”

2 anak buah Mino bergerak cepat kemudian dengan sigap memborgol kedua tangan Jiyong. Tidak ada perlawanan sedikitpun. Bibirnya membentuk senyuman ke arah Mino, merasa kagum dan juga bangga dengan Mino yang berubah dan bisa di andalkan itu.

Sedangkan Mino sendiri, dia berharap beberapa hari kedepannya dewi fortuna benar-benar berada di pihaknya jika memang ingin melancarkan segala rencana yang kini tersusun rapi di otaknya.

Aku akan membebaskanmu, hyung.

END

Pertama-tama, kami (Rara dan Putri) mau minta maaf soal keterlambatan ff ini. Karena satu-dua hal, ff yang dipublish Kak Putri error dan kaya gitu deh ._. Terus Rara juga kemarin gak bisa buka wp dan akhirnya gabisa bantu juga :””

Tapi disamping cobaan-cobaan yang melanda (?) akhirnya ff ini re-publish dengan baik, benar, dan indah  XD 😀

Don’t forget to comment 🙂

-Heerara&Putri Pucuk-

14 thoughts on “[LET ME BE A HERO] Retrouvailles

  1. Authornya boleh komentar gak sih? ._. Tapi tanganku gatal pengen komentar. Gak komentar sih, cuma mau terimakasih aja sama Rara~
    Duh Rara, makasih banyak kamu udah perbaikin FF yg hina itu sumpah Ra, kalau gak ada kamu aku gak tau gimana jadinya hiks :”) Makasih banyak Rara, kutahu aku bukanlah partner colab yg sempurna. Owe minta maap sangat karna gak bisa bantu banyak Ra 😦
    Entar aku penebusan dosa deh sama Rara :”
    Makasih banyak Rara, ku sayang kamuuu~ ❤

    Like

    1. Huweee kak Putriii jangan gitu toohh :””
      Kalo gak ada kak putri malah gak jadi apa-apa in ep ep. Maapkan Rara yang lebih tidak sempurna lagi karena gak bisa bantu di hari-hari terakhir kegalauan kakak buat ep ep ini 😦
      Rara sayang Kak Putri jugaaa ❤ ❤ *terus berpelukan*

      Like

  2. Rara putri, aku mau bilang kalo aku hadir aja,
    soalnya aku gk tw mau ngoment apa. XD XD
    intinya crta dua saudara ini bikin aku nyesek, apalagi pasa byangin wjah pasrah TE TE EM-an ku hufftt,,

    sudahlah,

    oke by,

    Like

    1. Iyaa kakk… AKu juga ngebayangin Mino megang pistol terus nembak aku terus kita hidup bahagia selamanya *apaini

      Wakss makasih udah baca+komen kak elll… ❤ ❤

      Like

  3. Entah kenapa aku OTP banget sama Mino dan Jiyong. Muka mereka mirip dan ini bikin cerita kalian berasa banget feelnya di aku. Diksinyaaaa…..senphay…..sungguh….. Emang kalian berdua jagonya berdiksi sih yaa jadiku ga heran :3

    Walaupun Ini keknya tema ‘HERO’ masih ngumpet di akhir cerita…tapi tetep suka sama ceritanyaa kok :3 KEKNYA BUTUH SEQUEL MUEHEHEH/pliss kak ini fic event wkwkwk

    Flashback2nya bikin merinding. W OTP BANGET SAMA MEREKAA AAKKKK GILAK NGEBAYANGINNYA KENAPA PEN PELUK ITU BOCAH2 HUHUHU~ Good job pokoknya kalian berduaa :3

    Thanks buat usahanya kalian berdua~ walaupun sempet gegalauan di hari terakhir tapi tetep ku appreciate sekaliii :3 Thanks buat kerja kerasnyaa~ Saranghae Putri, Rara ❤

    Like

    1. Emaaakkk :*

      Hah? Sequel? Apa itu mak? semacam kata baru kah? *tibatibaamnesia*

      Uwaaa sama-sama makk… walopun ini telat2 dikit gapapalah ya mak?? XD

      Saranghae pisan mak ❤

      Like

  4. Jiyong…..
    Mino……

    Aku sedih melihat nasib tragis kalian. mau ending-nya Jiyong dibebasin sama Mino atau ditangkap. kusuka ending kalian.

    mana diksinya cetar sekali. nggak tahan baca ragam diksinya…
    kece nan badai.
    kutunggu karya kalian yang lain.

    keep love ❤ you, guys
    from aoko

    Like

Leave a comment