[Let’s Grow Together] Our Song

OUR SOng2

Double Blue’s (Aokocantabile & Azzurachan) storyline: Our Song
Main cast: Winner  Other
|| Cast: CEO Yang Hyun Seok
Genre: Brothership, Friendship || Rating: General
Length: Oneshoot (2.498 words)

 

Rahang Kang Seungyoon mengeras. Ia menatap pria berusia 40 tahunan yang duduk dihadapannya. Keheningan begitu canggung bagi Seungyoon. Sadar-sadar pria dihadapannya mengerutkan dahi. Ucapan terakhir pria yang ia panggil “sajangnim” terus berputar di otaknya bagai kaset rusak. Kata-kata yang menghancurkan kerja kerasnya selama dua bulan penuh.

“Kalian tak bisa comeback dengan lagu-lagu ini.”

Sang Sajangnim menghela nafas panjang. Helaan nafas itu membuat otak Seungyoon mati rasa. Sang Sajangnim kecewa, ia sangat tahu itu. Tapi bagi Seungyoon, seharusnya dialah yang kecewa. Bagaimana bisa lagu-lagu buatannya yang mungkin terhitung lima puluh lagu ditolak begitu saja? Sangat tidak menghargai, pikirnya.

“Kenapa kalian membuat lagu seperti ini? Ini bahkan jauh dari gaya kalian.”

Kata “tapi” yang hampir saja Seungyoon muntahkan terpaksa ia telan kembali. Menyadari bahwa CEO Yang tak berbohong dengan kata-katanya, Seungyoon hanya bisa menunduk. Memang benar adanya, lagu karyanya bersama Nam Taehyun dan Song Minho sangat jauh dari kata “Winner”.

Ballad dan Slow. Itu sudah terlalu membosankan.

Salahkah jika kami ingin membuat hal baru? Gebrakan yang luar biasa “Wah” dan menarik hati para penggemar disana. Salahkah?

Seungyoon bertanya dalam hati sembari menggerakan tungkai kaki jejangnya menjauhi ruang milik sang CEO. Dengan perasaan kesal dan kecewa, ia menggeser pintu studio kasar, sehingga orang-orang di dalam sana tersentak karena kaget.

Manik mata onyx milik Seungyoon menangkap satu per satu orang-orang yang berada disana. Wajah-wajah orang kebingungan yang meminta kejelasan akan sikapnya tadi. Ia mendesah pelan. Dijatuhkannya dirinya ke sebuah sofa berwarna merah maroon.

“Bagaimana kata sajangnim?” tanya Kim Jinwoo. Seungyoon hanya menatapnya sekilas. Malas meladeni.

“Kita harus membuat lagu lagi, Yang Sajangnim tidak menerima lagu kita,” Seungyoon mendesah. Rasa frustasi menempel di setiap kata-kata yang dilontarkanya.

Seungyoon mendapat tatapan tak percaya sebagai respon. Terlebih dari Song Minho dan Nam Taehyun-tentu saja. Bahkan Minho sudah berdiri, iris matanya berkilat kesal. “Apa maksudmu membuat lagu baru? Tidak diterima? Bagaimana bisa?”

Nam Taehyun yang duduk di sebelah sang Leader menghela nafas panjang. “Berarti ada yang salah dengan lagu kita. Mungkin bisa diperbaiki atau diganti?”

“Diganti katamu?” Minho memekik. Suara baritonnya hampir memecahkan gendang telinga empat orang dihadapannya. “Gila. Kau tak lelah, Taehyun? Kita sudah sangat tersiksa karena lagu-lagu ini, dan kau dengan mudahnya berkata bahwa kita harus mengganti semuanya. What the hell, kau gila.”

Nam Taehyun tersenyum kecut. Menyadari itu Lee Seunghoon menghembuskan nafas kesal. Ditatapnya Minho dengan tatapan penuh arti. Tangannya pun tak lupa meremas lengan pria bermarga Song itu. “Jaga mulutmu, Song. Itu bukan keinginan Taehyun. Ini perintah Sajangnim.”

Semuanya terdiam. Tak ada yang berani mengemukakan pendapatnya. Semuanya termenung, memikirkan apa yang harus mereka lakukan saat ini selain mengganti puluhan lagu yang terbuat dari keringat mereka sendiri.

*-*-*

Seminggu berlalu selepas evaluasi Yang Sajangnim, tetapi situasi kecanggungan sangat kental terasa pada anggota Winner. Tak ada percakapan maupun sekedar sapaan yang keluar dari mulut mereka. Yang ada di pikiran mereka saat ini adalah bagaimana bisa memuaskan hasrat Yang Sajangnim sehingga mereka bisa comeback secepatnya.

Dan, seperti biasanya. Tepat pukul 06.00 KST, Kang Seungyoon telah siaga di ruangannya, sibuk mencoret-coret lirik di kertas. Di sampingnya, gitar dan beberapa kopi kaleng serta minuman ion setia menemani. Seungyoon menghela nafas. Merelaksasi lehernya yang penat serta kepalanya yang serasa ingin meledak. Sudah tiga hari ini, ia menginap di studio.  Dia tak dapat beristirahat dengan tenang sebelum ada satu lagu yang sukses ia hantarkan pada Yang Sajangnim.

Pintu ruangan terbuka kecil, Seungyoon menoleh dan melihat rekan sejawatnya, Taehyun berdiri di ambang pintu. Keadaan Taehyun juga sama mengkhawatirkannya dengan Seungyoon. Kantung mata telah menghiasi kedua netranya, pertanda dia juga tidak memiliki waktu tidur yang cukup.

Hyung, kau mau mendengar aransemen track terbaruku? Mungkin saja ini memberikan sedikit inspirasi padamu.” Taehyun membuka percakapan pertama yang telah hilang selama seminggu. Seungyoon menatap Taehyun sekilas dan menganggukan kepalanya lemah. Ya, mungkin dengan mendengar aransemen Taehyun bisa sedikit membantuku, pikir Seungyoon. Taehyun melangkah mendekati Seungyoon, lalu mengambil tempat bersisian dengan Seungyoon. Dia mengeluarkan sebuah mp4 miliknya, lalu memperdengarkan sebuah instrumen nada semi keras kepada Seungyoon.

“Bagaimana, Hyung?” tanya Taehyun lagi. Yang ditanya diam seribu kata, tak tahu harus berkomentar apa.

“Kurasa ini seperti lagu-lagu sebelumnya yang telah dikritik pedas oleh Yang Sajangnim.” Jawab Seungyoon lirih. Taehyun memijit pelipisnya perlahan, pusing memikirkan apa lagi yang harus ia kerjakan. Sedangkan Seungyoon di sebelahnya, mematung, memandang lembaran kertas yang berserakan di bawah kakinya.

Langkah berderap milik seseorang terdengar, pintu ruangan tersebut kembali terbuka. Seungyoon dan Taehyun tak tertarik melihat siapa sosok yang masuk ke ruangan mereka. Mereka masih sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

“Hei, guys! Apakah kalian sudah mendengar lagu baru Big Bang sunbaenim?” suara cempreng itu milik Seunghoon. Dia buru-buru datang ke ruangan Seungyoon setelah menyaksikan tayangan music video Big Bang di televisi asrama.

“Belum, hyung. Kenapa memangnya?” tanya balik Taehyun.

“Lagu mereka yang berjudul LOSER itu keren sekali! Liriknya sangat menyentuh hati. Aku tak menyangka seorang komposer hebat seperti Jiyong hyung bisa merangkai kata-kata yang sederhana dan apa adanya dalam lirik tersebut.” Pujian Seunghoon pada lagu terbaru Big Bang berdampak pada ketertarikan Seungyoon dan Taehyun.

“Apa maksud hyung dengan kata-kata yang sederhana dan apa adanya?” tanya Seungyoon sembari bangkit dari bangkunya. Seunghoon menjawab pertanyaan Seungyoon dengan menyodorkan sebuah smartphone dan meminta Seungyoon untuk melihatnya sendiri. Seungyoon mengambil smartphone milik Seunghoon itu, menjelajah situs Youtube, berusaha menuntaskan rasa penasarannya.

Dalam kurun waktu tiga menit, empat puluh enam detik, manik Seungyoon dan Taehyun tak lepas-lepasnya memandang layar tipis smartphone Seunghoon. Mereka berdecak kagum sesekali saat mengkomentari alur cerita video tersebut.

“Astaga! Lagu LOSER ini memang sempurna, Hyung. Melodinya indah dan bagus. Liriknya sangat menggundahkan hati dan aku jadi terbawa perasaan saat mendengarkan lagu ini.” Taehyun mengungkapkan responnya pertama kali. Seungyoon mengangguk setuju dengan ucapan Taehyun. “Ya, Kau benar Taehyun-ah.” Ucap singkat Seungyoon.

*-*-*

Di ruangan lain, hentakan musik hip- hop mengiringi pergumulan seorang Song Minho. Dia terpaksa menghapus track demi track yang telah dia buat di komputer PC. Berulang kali ia merutuk kesal, tak dapat memahami jalan pikiran Yang Sajangnim yang menyebut puluhan lagu yang mereka buat tak layak untuk dipasarkan.

Pintu ruangan Minho mendecit kecil, menampakkan wujud Kim Jinwoo dengan hoodie abu-abu kesayangannya. Dia sedang memegang notes kecil, tempat dimana ia mencoba untuk menulis lirik. Dia mendatangi Minho bermaksud untuk meminta saran terhadap liriknya.

“Minho-ya.” panggil Jinwoo pelan. Minho menoleh ke arah Jinwoo dan mempersilahkan hyung-nya itu untuk duduk di sampingnya.

“Ada apa, Hyung?” tanya Minho datar. Jinwoo menyorongkan notes-nya dan menanyakan pendapat Minho tentang lirik buatannya. Kedua netra Minho membaca cepat lirik karya Jinwoo tapi ekor matanya malah menangkap tulisan lain di pojok kiri notes Jinwoo. Tulisan itu berbeda dari lirik tapi malah memberikan perasaan yang menggugah hati Minho.

Hyung, ini apa?” tanya Minho seraya menunjuk dua paragraf tulisan tersebut. Jinwoo menengok ke arah tulisan yang dimaksud oleh Minho.

 

Because we came together, my passion was not just left as a dream, but it came true.

Each one of us worked so hard. We will walk on the same path forever.

It feels good. Obviously there are also aspects that we should be careful or be concerned of, but because our passion is so ardent, we have more hope than pessimistic thoughts.

We are pressured by the thought that we need to do well.

“Oh, itu curahan hatiku. Paragraf-paragraf itu adalah kalimat motivasi yang menyemangatiku di saat aku mulai menyerah dan melupakan apa ambisiku.” Jawaban Jinwoo yang tulus itu menyebabkan perasaan Minho gundah gulana. Dia menahan nafas, lalu menghelanya pelan.

Hyung, curahan hatimu ini lebih bagus dibandingkan lirik buatanmu.” sahut Minho sambil terkekeh. Jinwoo memajukan bibirnya, kesal mendengar kata-kata Minho.

Aish! Kau ini!” dengus Jinwoo, memperlihatkan mimik tersinggung.

“Ah! mianhae, Hyung. Sungguh, curahan hatimu ini menimbulkan suatu ide baru di otakku. Gomawo, Hyung. “

“It’s okay! Minho-ya. Senang mendengar bahwa tulisanku bisa membantumu.” ujar Jinwoo tersenyum kecil.

“Baiklah! Sekarang aku sudah bersemangat! Kau mau menolongku merancang melodinya, Hyung?” pinta Minho pada Jinwoo. Jinwoo mengangguk kepala, menggeser posisinya mendekati Minho, siap mendengarkan semua instruksi yang akan diutarakan Minho. Sedangkan Minho menempatkan notes milik Jinwoo di mejanya, lalu bersenandung pelan, berusaha memproduksi musik yang tepat untuk bait tulisan karya Jinwoo.

*-*-*

Suasana hiruk pikuk kota Seoul tak menghalangi niat kelima orang pria untuk melakukan pertemuan darurat –menurut Minho dan Jinwoo, di sebuah kafe pojok wilayah Hapjeong-Dong. Penampilan kelima pria tersebut sangat menarik perhatian karena tampang mereka semua di atas rata-rata penduduk Korea juga pakaian yang mereka kenakan berwarna-warni ala fashion hip hop street.

Kelima pria tersebut memesan minuman yang sama, yakni kopi dengan berbagai macam jenis; dua Americano, satu Frappuccino, satu Latte Macchiato dan satu Cappuccino. Sang Leader menenggak terlebih dahulu cairan pekat berwarna hitam –Americano, menetralisir pikiran suntuk yang bersemayam di dalam dirinya seminggu ini.

“Jadi, Minho-ya. Apa yang membuatmu merencanakan pertemuan di tempat seperti ini?” suara berat berkharisma Seungyoon mengawali pertemuan itu. Yang ditanya malah memandang Jinwoo, mengisyaratkan siapa yang terlebih dahulu menjawab pertanyaan Seungyoon. Jinwoo menelan saliva susah payah, mencoba menyusun kata-kata yang akan ia omongkan.

“Begini, Seungyoon-ah. Sebelum aku menjawab pertanyaanmu itu. Aku ingin menanyakan suatu hal padamu. Bolehkah?” tanya balik Jinwoo. Seungyoon mengerling kecil, memberi simbol bahwa Jinwoo boleh bertanya.

“Apa kau ingat motivasi terbesarmu menjadi penyanyi, Seungyoon-ah? Apakah hingga saat ini kau masih memegang teguh keyakinanmu itu?” Pertanyaan Jinwoo memberikan dampak ketegangan pada masing-masing anggota WINNER. Taehyun dan Seunghoon menegakkan sandaran kursi mereka, memperhatikan raut muka Seungyoon –mereka juga penasaran dengan jawaban apa yang akan dikemukakan oleh pemimpin mereka.

“Tentu saja, hyung. Keyakinanku itu masih tersimpan rapi di benak dan lubuk hatiku. AKU INGIN MENJADI PENYANYI YANG DAPAT MEMBUAT ORANG MENANGIS KETIKA MENDENGAR LAGUKU YANG SEDIH DAN TERTAWA SAAT MENDENGAR LAGUKU YANG BAHAGIA. AKU INGIN MENCIPTAKAN LAGU YANG BISA MENANGKAP EMOSI SI PENDENGAR.“ jawaban Seungyoon memuaskan Jinwoo, sehingga ia tersenyum lebar seraya meneguk secangkir cappuccino.

“Nah! Kalau begitu, mengapa kita kehilangan esensi dan jati diri kita saat menciptakan lagu saat ini? Mengapa kita bersusah payah mengkonstruksikan lagu agar kita terlihat keren atau hebat di mata orang? Kenapa kita sangat kesulitan memenuhi harapan Yang Sajangnim? Apakah ada sesuatu yang tidak beres kah dengan diri kita ini?” Pertanyaan beruntun dari Jinwoo atau yang bisa dikatakan sebagai sindiran sudah jelas menusuk kalbu mereka. Dalam saat bersamaan, mereka tercenung, malu dan memulai introspeksi diri mereka masing-masing.

Jinwoo menandas habis cappuccino, mengamati raut wajah teman-temannya, menerka apakah dia bisa melanjutkan pembicaraan. “Seungyoon-ah, aku memang bukan komposer yang hebat seperti kau, Taehyun juga Minho. Tapi, aku bisa menyadari bahwa lagu-lagu kita saat ini tidak ada jiwanya. Lagu-lagu kita sekarang hanyalah sebuah lagu yang mengikuti tren pasar, dibuat sekedar untuk gaya-gayaan. Aku tak menemukan kepribadian WINNER pada lagu-lagu tersebut. Terkadang, aku ingin sekali kembali ke masa trainee kita, dimana kita bisa mengkreasikan lagu tanpa tuntutan atau keinginan muluk-muluk, -sebuah lagu yang tercipta dari hati  dan berharap pendengar dapat memahami perjuangan kita melalui lagu itu.”  lanjut Jinwoo berapi-api. Tiga orang yang disasar oleh Jinwoo menunduk, menatap lantai kafe, bingung merespon ucapan Jinwoo yang benar apa adanya.

Hening. Yang terdengar hanyalah deru kendaraan melintas di jalanan, menemani pergulatan pemikiran kelima pria. Seunghoon jengah dengan aura kelabu tersebut. Dia berdeham keras, ingin menghidupkan suasana.

“Jadi, bagaimana kalau sekarang kita mulai me-mindset pikiran kita? Membuat lagu yang hanya bisa dibuat oleh anggota WINNER. Setuju? ” tanya Seunghoon kikuk seraya menggaruk tengkuknya. Minho melirik Seunghoon terlebih dahulu, menggariskan senyuman di wajahnya.

“Tentu saja, Hyung. Aku sangat setuju. “

“Ya, aku juga setuju. Aku juga kepikiran hal yang sama seperti Jinwoo Hyung saat mendengar lagu Big Bang sunbaenim. Jelas sekali kalau kita saat ini kehilangan arah dan fokus dalam bermusik.” ujar Seungyoon. Taehyun menganggukan kepala, sepaham dengan pendapat Seungyoon.

“Yosh! Baiklah kalau begitu, kita harus lebih semangat! Sekarang kita buktikan pada Yang Sajangnim bahwa kita adalah grup yang pantas menjadi junior Big Bang dan front group di YG Entertainment.” pekik Seunghoon dengan nada khas melengkingnya. Keempat temannya tersenyum sumringah dan serempak berkata “YOSH!”

*-*-*

“Kalian kembali, kuharap kalian membawa lagu seperti ekspetasiku.”

Seungyoon tersenyum. Bisa ia rasakan empat member di belakangnya memberikan senyum yang sama. Kali ini ia tak sendiri, alasannya karena semuanya ingin mendengar secara langsung komentar dari mulut Sang Sajangnim.

“Kami kembali ke Ballad,” jelas Seungyoon sambil mempertahankan senyumnya. Ia menyiapkan laptopnya. “Kami paham, kalau HipHop mungkin bukanlah genre yang pas untuk kami.”

CEO Yang membalas senyumannya dengan sebuah kekehan khasnya. “Kuharap kalian tidak tersinggung dengan pendapatku saat itu.”

“Sama sekali tidak, Sajangnim,”  timpal Jinwoo. Seunghoon mendelik ke arah Minho. “Kami menjadikan pendapamu sebagai motivasi. Walau kami sempat terpuruk, kami berhasil bangkit kembali.”

Sang Sajangnim sangat puas mendengar itu. Ia mengangguk mengerti. “Apa judul lagu ini?”

Seungyoon menghela nafas sejenak sebelum ia menekan tombol play. Memberi jeda dramatis sembari menyiapkan hatinya. “Judul lagu ini-

Our Song.”

Suara petikan gitar mulai terdengar, detik kemudian suara merdu mulai mengalun lembut melalui speaker laptop. Lirik demi lirik penuh arti pun terdengar begitu harmonis.

 

We believe that there are thing you must do to do what you like.

We came this far believing in that idea.

So, we will focus on working harder when we feel worn out.

Yeah, just like this song, just like our song..

Sang Sajangnim tidak dapat berhenti tersenyum bangga mendengar lagu itu. Sebuah kepuasan tersendiri mendengar lagu sebagus itu dari mereka. Tapi yang diberi senyum malah memasang wajah tegang. Takut akan penolakan.

“Jadi, kapan kalian siap shooting untuk music video?”

Dan saat itu pula, kelima pemuda itu mengganti raut tegang mereka dengan senyuman bangga.

*-*-*

Mereka disini lagi. Kembali melakukan pertemuan “darurat” dimana tiba-tiba akal Lee Seunghoon mengajak mereka semua merayakan keberhasilan comeback terbaru mereka. Hanya saja kali ini berbeda. Pertemuan kali ini tidak sekaku dulu, gelas-gelas berisi soda dan sirup yang berwarna warni dengan beberapa kue tampak menunggu untuk dilahap oleh kelima pria tampan itu.

Berbagai penghargaan didapatkan oleh mereka. Bahkan lebih banyak dari pada debut mereka tahun lalu. Tak tanggung-tanggung penghargaan seperti Song of The Year mereka dapatkan dari sebuah ajang penghargaan besar-MAMA.

Jadi, tak salah bukan jika dirayakan?

“Aku mengajak kalian kemari untuk sekedar merayakan kerja keras kita untuk comeback kali ini,” ujar Seunghoon sembari mengacungkan gelas berisi soda bubblegum. Selang beberapa detik, suara dentingan gelas mengikuti suaranya.

CHEERS!”

Gelak tawa kembali menggema mengisi ruangan tersebut. Setelah meneguk minumannya, Taehyun merangkul Seungyoon disebelahnya. “Comeback ini bisa dibilang sukses, kuharap semua comeback atau aktivitas berikutnya lebih sukses dari yang sekarang.”

“Apa kalian tahu, apa yang diberikan sajangnim kepada kita karena kesuksesan comeback pertama kita?” tanya Seungyoon Yang ditanya hanya menggeleng-bahasa isyarat dari tidak tahu.  “Yang Hyun Suk Sajangnim berkata kita akan konser keliling Korea tahun ini! Bukankah itu hebat?”

Sorakan takjub kembali terdengar. Hadiah yang luar biasa. Hadiah yang sama sekali tak terbayangkan oleh mereka.

“Itu luar biasa!” seru Minho. Terlalu kegirangan bisa dibilang. Ia hampir melompat. “Ini semua berkat kerja keras kita bukan? Kalian hebat!”

“Kau juga, Minho,” ujar Jinwoo. Ia tersenyum. “Terima kasih sudah membuat track bersama Taehyun. Untuk Seungyoon terima kasih sudah membantuku membuat liriknya. Seunghoon, terima kasih atas koreografinya.”

Semuanya mengangguk sependapat. Kerja keras mereka berakhir manis walau sempat melenceng dari kondratnya. Tapi semuanya kembali lancar. Mengingat kerja sama dan kebersamaan merupakan jalan keluar comeback pertama mereka.

“Kita akan terus seperti ini bukan? Berkarya bersama, menghasilkan lagu bersama, tampil dipanggung bersama?” tanya Seunghoon.

Tak perlu lama berfikir. Semuanya sudah menjawab. “Ya, tentu saja!”

-END-

Author’s Note :

 

Aoko:

Aku sangat berterima kasih banget dengan bantuan Fir ; yg udah ngasi ide besar tulisan, yg bikin pembuka & penutup di tulisan sehingga menjadi fic “se-kece” ini dan juga yg bikin poster indah banget. Maafkan kakakmu ini ya, Fir yg sangat2 merepotkanmu.

Seperti yg kuceritakan sebelumnya, ide besar fic ini dari Fir. Kita mencoba menyelami #ceile, bagaimana perjuangan Winner member yg hingga saat ini belum comeback2 juga. Walau rada2 imajinatif ya…hahahaha…harap maklumi imajinasi kami. Semoga fic ini memberikan inspirasi bagi reader semua, agar jangan takut bermimpi dan selalu yakinlah bahwa mimpi kalian akan tercapai suatu saat nanti.

Sekian dari Aoko. Maafkan notes yg panjang ini. Dan tunggu proyek Double B selanjutnya 😉

 

Azzura:

 Sebagai fanfict kolabolarasi pertamaku, bisa dibilang aku merasa bangga sekaligus terharu /oalah/ Dan aku pun berterima kasih ke kak Isti/Aoko yang udah ngembangin cerita ini.

Btw, poster ff nya maaf ya rada absurd. :” efek baper gabisa nonton made. Lha/?

Maaf baru bisa post sekarang. Efek baper gabisa nonton Made juga huhuhu.

Maafkan Firsie yag baper ini. Maafkan.

Ya, reader-deul… Semoga fic ini memberikan inspirasi bagi reader semua, agar jangan takut bermimpi dan selalu yakinlah bahwa mimpi kalian akan tercapai suatu saat nanti. /nyontek punya kak Aoko/ hehe

Salam Double Blue! Hehehe 😀

 

13 thoughts on “[Let’s Grow Together] Our Song

  1. Maap Fir, telat. Lagi galau habis gabisa nonton MADE In Jakarta 😥

    Entah kenapa, aku suka karakter Jinu disini. Dewasa, pokoknya suka sama pembawaan Jinu disini ❤

    Jujur aja, menurutku WINNER lebih cocok di musik ballad, suara mereka nenangin hati, selain itu ballad + rap itu keren 😀

    Diksi kalian sumpah keren! Duh, suka banget ❤ cuma ada beberapa kata asing yang lupa dimiringin #mueheheheh

    Maaf Ya, jika tersinggung. Pokoknya ff ini DAEBAK! Firsie dan Kak Aoko semangat ya 😉 ditunggu ff kolab double blue yang lain 😉

    Liked by 1 person

    1. Makasih Ren telah bersudi hati mampir di lapak ini. Dan thanks juga buat pujiannya.
      *kita senasib kok, sama2 galau tak bisa nonton MADE. moga2 aja, di lain waktu kita bisa pergi ke konser bareng2 ya… 🙂

      yap! memang masih banyak yang perlu di review dari tulisan kami. terima kasih sekali lagi karena Ren telah mengingatkan. Tak apa dikritik, biar kami bisa semakin baik ke depannya.

      semoga fic ini bisa menginspirasi kita semua..
      🙂

      Liked by 1 person

    1. Hei, Acu. makasih telah bersudi hati mampir di lapak ini.
      dan thanks buat pujiannya.
      Cerita kami belum termasuk golongan daebak kok. hihihi…

      semoga saja fic ini menginspirasi kita semua ya..
      🙂

      Liked by 1 person

  2. Wahh alurnya bagus. Kalimatnya juga bagus. Apa ya yang mau dikomentarin?. Bingung. Hehehe…. berdoa aja semoga winner cepet comeback. Puk puk.

    Liked by 1 person

    1. makasih Mai telah bersudi hati mampir disini. dan thanks juga buat pujiannya. 🙂
      huhuhu….iya, semoga aja WINNER cepetan comeback ya…
      kutunggu karya freelance kamu yg lain, Mai 🙂

      Like

Leave a comment