[Ficlet] Bad

Scriptwriter : Aoko Cantabile

Main Cast : Lee Seunghyun (Seungri Big Bang), Yamada Aoko (OC)

Support Cast : Kang Daesung (Daesung Big Bang)

Genre : Sad, Hurt, Love Life, Slice of Life, OOC, Songfic

Duration : Ficlet (± 883 words)

Rating: Teens

Disclaimer :

I’m really inspired by the lyrics of BAD’s song of Tablo

Warning :

 Don’t judge story by title & poster! 😉

Let’s Read & Review !!

**********

Love is so bad, bad, bad, bad, bad.

Love only gets worse as you dig deeper.

Love is so bad, bad, bad, bad, bad.

Love only pains as you learn about it.

More you know, worse you become.

Ekor mata seorang Lee Seunghyun menangkap punggung seseorang yang dikenalnya. Dengan surai ikal berwarna hitam kecokelatan sepinggang, mengenakan gaun berwarna biru, wanita itu berdiri di pojok gedung, tak terganggu dengan tumpahan air langit yang telah membasahi seluruh badannya. Seunghyun menghela nafasnya pelan, dia sempat ragu –apakah ia harus mengabaikan presensi wanita itu atau mendekatinya untuk sekedar bertegur sapa. Tungkai Seunghyun lebih bereaksi cepat ketimbang otaknya – sebuah keputusan untuk menemui si wanita.

Kenapa kau berdiri disini? Kenapa tak masuk saja ke dalam gedung? Kenapa kau tak menghadiri upacara pernikahan sahabatku padahal kau diundang? Dan kenapa kau malah menampakkan raut muka sedih seperti itu? Apa kau menyesal karena telah menyakiti hati sahabatku? Pertanyaan demi pertanyaan bersilewaran di dalam benak Seunghyun. Tapi, tak satupun pertanyaan itu terlontar dari bibirnya. Dia malah melepas jas tuxedo-nya, membungkus badan si wanita yang terlihat menggigil karena dirundung hujan deras berjam-jam.

“Seunghyun-kun.” ucap wanita itu lirih. Tampak ekspresi kaget tersirat di wajahnya. Dia tak menyangka masih ada orang yang peduli dengan keberadaannya.

“Mengapa tak masuk ke dalam gedung, Aoko-chan? Upacara pernikahan Daesung hyung telah selesai…” Seunghyun akhirnya bisa berucap pada wanita yang ia panggil Aoko. Yang ditanya malah menatap langit, membiarkan pertanyaan Seunghyun menggantung selama dua menit.

“A….ku tak memiliki muka untuk memberikannya ucapan selamat. Aku bahkan tak berani menemuinya.” jawab wanita yang memiliki nama Aoko itu terbata-bata. Seunghyun kembali menghela nafasnya. Dia kecewa dengan wanita di depannya ini, tapi ia tak bisa membenci sepenuhnya walau Aoko telah menggantungkan perasaan sahabatnya bertahun-tahun dan membuat Daesung jatuh ke dalam lubang keterpurukan.

Seunghyun jengah dengan nuansa sunyi yang menyelubungi dia dan Aoko. Sepersekon kemudian, dia kembali melakukan hal yang tak bisa ditolerir pemikirannya -menarik tangan Aoko, menggandengnya juga menaungi puncak kepalanya dengan payung bening, membawa pergi Aoko jauh dari gedung resepsi pernikahan Daesung-sahabat karibnya.

……….

Hawa kehangatan telah meradiasi tubuh dua orang yang baru memasuki sebuah ruangan tak terlalu luas di dalam sebuah kafe pinggir kota Tokyo. Si wanita dipaksa mengganti gaun biru yang telah lepek oleh tetesan hujan di luar sana dengan jersey ekstra besar yang menampilkan salah satu klub sepak bola ternama di Eropa –Real Madrid dan sebuah jeans yang masih tergantung label harga oleh pria yang datang bersamanya–mungkin baru dibeli sebelum mereka datang ke kafe yang sepi itu.

Kedua netra si wanita membulat tak percaya saat dia disodori segelas minuman berwarna kecokelatan yang mengepulkan asap kesukaannya oleh salah satu pelayan di kafe, menggoda jiwanya untuk meneguk cokelat hangat itu sedikit saja. Tapi, wanita itu menahan diri, dia ingin pria berambut pirang cepak di hadapannya terlebih dahulu menenggak cairan pekat hitam beraroma harum. Dan, harapan si wanita terkabulkan karena tiga menit lalu, sang pria menyeruput secangkir espresso pelan-pelan.

“Kau percaya dengan hubungan yang dilandasi cinta?” sebuah pertanyaan acak keluar dari mulut sang wanita. Yang ditanya menaruh cangkir minumannya di meja, menatap lurus ke arah si wanita.

“Entahlah, Aoko-chan. Aku juga gamang dengan hubungan atas nama cinta.” Jawaban bernada acuh itu jelas memuaskan hati Aoko.

“Aku malah mulai tak percaya dengan sebuah perasaan beristilah cinta. Kalau cinta itu baik dan membawa kebahagiaan, kenapa dia tak mau mentolerir seseorang yang masih takut memulai sebuah hubungan? Kenapa cinta malah meninggalkannya dalam kesendirian dan membawa pergi orang yang dicintainya? Kenapa cinta di satu sisi membuat orang lain bahagia tapi di sisi lain menghempaskan hati seseorang? Kenapa?” Seunghyun memperhatikan wajah Aoko lekat-lekat. Saat ini, dia lebih memilih menjadi pendengar ketimbang berargumen -menjawab pertanyaan-pertanyaan Aoko. Seunghyun pun tak memiliki jawaban mutlak karena dia juga mulai skeptis dengan definisi cinta.

“Dan……kenapa dia membiarkan sepasang manusia yang telah terikat janji pernikahan dan bersumpah setia sehidup semati atas nama cinta, menyiksa dan bertindak kekerasan pada orang yang dicintainya dengan alasan cemburu? Cinta telah mencuci otak seseorang dengan kecemasan sebuah hubungan dan ikatan. Love is a sickness!” tukas Aoko sangat pelan, nyaris tertelan bunyi rintik hujan. Walau sangat pelan, kedua indera pendengaran Seunghyun menangkap ucapan pesimistis Aoko.

Aoko menandas habis cokelat hangatnya, tak memaksa Seunghyun untuk menjawab semua pertanyaan semunya. Dia melirik jam tangannya dan kemudian melompat panik karena teringat suatu hal.

“Astaga! Aku sudah terlambat untuk magang di rumah sakit. Terima kasih, Seunghyun-kun telah memperhatikanku dan mendengar curhatan konyolku hari ini. Aku berjanji akan membalas semua kebaikanmu di lain waktu. Maaf meninggalkanmu mendadak. Gomenasai[1] dan domo arigato gozaimasu[2] !” Aoko membungkuk sedalam mungkin pada Seunghyun lalu bersiap keluar dari kafe, ingin menerobos hujan deras. Seunghyun menghadang pergerakannya, memberikan payung bening miliknya agar Aoko tidak kembali basah. Aoko tersenyum kecil, mengucapkan terima kasih dan meninggalkan Seunghyun yang terpaku melihat kepergiannya.

“Apa aku juga mulai tak percaya akan cinta, Aoko-chan? Aku tak ingin kembali ke Korea hanya untuk menyaksikan Hara mendengungkan kalimat-kalimat cinta padaku tapi dia masih mengejar cinta mantan kekasihnya. Apa aku juga nantinya akan ragu dengan sebuah hubungan atas nama cinta, sama halnya denganmu?” tanya Seunghyun pelan pada dirinya. Maniknya masih mengekor punggung Aoko yang sedang menyeberang ke sisi lain jalan

Bad, it’s so bad.

It hurts.

It hurts so much.

What we call love.

Love is a sickness.

Can I get a witness?

-Tablo ; Bad.

 

Fin.

[1] Berarti ‘Maaf’ dalam Bahasa Jepang

[2] Berarti ‘Terima Kasih Banyak’ dalam Bahasa Jepang.

*Aoko’s Note :

Sebelum aku ditimpuk reader gegara ada cast yg bernama Aoko, izinkan aku cerita terlebih dahulu.

Kalian rindukah dengan cast Aoko [do you miss me or her?] Hahahaha….

Sebenarnya….sudah lama sekali ada niatan untuk membuat kembali cerita dengan main cast Aoko. Selain itu, lagu Tablo; Bad ini udah jadi favorit ane semenjak tahun 2012. Pengen banget bikin fic dengan lirik2 puitis Tablo sebagai latarnya. Trus, aku terpukau dengan fic Not Ready karya Rara. Nah, aku jadi punya keinginan untuk bikin fic anti-thesis Rara *jadi s Rara kan ngomongin cinta versi positif, daku sok-sokan ngomong cinta versi skeptis gitu.. 😀

Kalo diliat-liat, fic ini memang semacam sekuel dari fic-ficku sebelumnya kayak Shut Up!!! , Let’s Talk About Love, dan Bae Bae . Jadi ditunggu aja ya kelanjutan kisah si Aoko dan Seungri di part yang lain *hohohoho…..

Dan….

Jangan lupa ya untuk meninggalkan kritik dan saran atas cerita ini. Jujur saja aja kalo memang ceritanya aneh!

Aku orangnya nggak gigitan kok! *nah lho? Maksudnya apa? Hahahaha…

See U soon at another fanfic!!!

Warm Regard,

Aoko Cantabile